Dibanderol Mahal, Tengkorak Bersejarah Ini Dijual di "Pasar Gelap" Facebook

Selasa, 07 Juli 2020 | 17:00 WIB
Dibanderol Mahal, Tengkorak Bersejarah Ini Dijual di "Pasar Gelap" Facebook
Ilustrasi tengkorak. (Shutterstock)

Suara.com - Tak banyak yang tahu, Facebook ternyata memiliki "pasar gelap" yang dioperasikan oleh oknum tertentu untuk memperjualbelikan tengkorak. Kontroversial, jual beli tengkorak manusia bersejarah ini ditentang oleh pakar hukum di Amerika Serikat.

Pengungkapan kasus ini bermula ketika jurnalis dari Live Science Investigation bergabung dengan sebuah grup Facebook tertutup.

Menyelinap dan menyamar sebagai kolektor tengkorak, Live Science Investigation berhasil mengungkapkan cerita mengenai jual-beli tengkorak dengan harga tinggi.

Pada tahun 2013, seorang kolektor AS yang berkunjung ke Tunisia memasuki katokomba Sousse.

Itu adalah sebuah nekropolis kuno yang menampung beberapa pemakaman Kristen tertua di dunia.

Katakomba Sousse. (YouTube/ Tourism Tunisia)
Katakomba Sousse. (YouTube/ Tourism Tunisia)

Ia mencuri tengkorak selama renovasi katakomba dan memposting di grup Facebook tertutup.

Kolektor dan penjarah makam ini menjual tengkorak dengan harga mulai dari 550 dolar AS atau Rp 7,3 juta dan menceritakan kisah penjarahannya di Facebook.

Kasus tersebut hanya sedikit dan termasuk fenomena gunung es jika dibandingkan penjualan tengkorak di media sosial, klaim Live Science Investigation.

Selama 10 bulan bergabung ke grup Facebook kolektor tengkorak makam, tim dari Live Sciene berhasil melacak sisa-sisa manusia yang dijual.

Baca Juga: Cegah Kecelakaan di Tikungan "Ciluk Ba", Ilmuwan Bikin Radar untuk Mobil

Sebenarnya, sebagian besar negara di dunia (termasuk Tunisia) telah melarang penjarahan situs-situs arkeologi dan kuburan.

Ilustrasi tengkorak kuno. (Pixabay/ Rudy and Peter Skitterians)
Ilustrasi tengkorak kuno. (Pixabay/ Rudy and Peter Skitterians)

"Di AS, tidak ada undang-undang di negara bagian mana pun yang memberikan izin atau mengakui bahwa itu adalah legal untuk menjual jenazah manusia. Sebaliknya, itu jelas ilegal di sejumlah negara," kata Tanya Marsh seorang ahli hukum pemakaman di Wake Forest School of Law, North Carolina.

Katakomba Sousse membentang sekitar 5 kilometer dan berisi sisa-sisa kurang lebih sekitar 15 ribu kerangka orang Kristen awal yang berada di daerah tersebut.

Mereka menggunakan katakomba sebagai tempat pertemuan untuk menghindari penganiayaan Romawi.

Pada saat itu, sekitar 2.000 tahun lalu, Tunisia diperintah oleh Kekaisaran Romawi.

Ilustrasi tengkorak. (Pixabay/ Devanath)
Ilustrasi tengkorak. (Pixabay/ Devanath)

Dilansir dari Live Science, dengan mempelajari sisa-sisa kerangka manusia, para arkeolog telah belajar tentang bagaimana kehidupan berubah di Tunisia ketika lebih banyak orang masuk Kristen, terutama terkait gaya seni dan mozaiknya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI