Perlu dicatat bahwa variabilitas detak jantung yang tinggi tidak mencerminkan atau menunjukkan detak jantung meningkat, melainkan mengindikasikan bahwa sistem saraf seseorang cukup aktif, mudah beradaptasi, dan bisa lebih efektif dalam mengatasi stres.
Studi ini melibatkan sekitar 300 pekerja perawatan kesehatan di fasilitas medis Mount Sinai, mengenakan Apple Watch selama 153 hari dari April hingga September 2020.
Data yang dihasilkan oleh jam tangan pintar bisa sangat membantu dalam memerangi pandemi, karena diperkirakan lebih dari 50 persen kasus virus corona disebarkan oleh orang yang tidak menunjukkan gejala, sama sekali tidak menyadari bahwa mereka adalah pembawa.
Ini menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS pekan lalu.
Sebuah studi terpisah dan independen oleh para peneliti dari Universitas Stanford, di mana para peserta mengenakan berbagai pelacak aktivitas yang berbeda dari Garmin, Fitbit, Apple, dan lainnya.
![Ilustrasi seorang perempuan menggunakan Fitbit. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/04/26/87617-ilustrasi-seorang-perempuan-menggunakan-fitbit.jpg)
Penelitian tersebutmenemukan bahwa sekitar 81 persen dari peserta positif Covid-19 mengalami peningkatan detak jantung hingga sembilan hari penuh, sebelum gejala mulai diamati, yang menurut penelitian, menunjukkan timbulnya gejala.
Para peneliti Stanford menggunakan data jam tangan pintar untuk mengidentifikasi dengan benar hingga 66 persen kasus Covid-19, empat hingga tujuh hari sebelum peserta menunjukkan gejala, seperti yang dilaporkan dalam penelitian mereka yang diterbitkan di Nature Biomedical Engineering pada November tahun lalu.
Studi tersebut memeriksa data dari 32 orang yang dites positif Covid-19 di antara lebih dari 5.000 peserta.
Tim peneliti Stanford telah maju untuk membuat sistem alarm yang memperingatkan pengguna perangkat pintar bahwa detak jantung mereka telah meningkat untuk jangka waktu yang berkelanjutan.
Baca Juga: Keren! ITS Kembangkan Pendeteksi Covid-19 Lewat Bau Keringat Ketiak
Diyakini bahwa teknologi semacam itu dapat membantu mengurangi beberapa kekurangan yang diamati terkait dengan pengujian virus Corona.