Kelemahan sistem ini terletak pada jumlah peluncur roket Tamir yang terbatas. Selain itu diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengisi ulang roket ke dalam peluncurnya.
Serangan umum Hamas ke Israel pada Sabtu diawali oleh gempuran roket pada dini hari. Menurut analisis perusahaan keamanan asal Inggris, Janes, Hamas menembakkan 3000 roket ke Israel hanya dalam tempo dua hari.
Sebagai perbandingan, dalam serangan pada Mei 2021 lalu, Hamas menembakan 4.360 unit roket ke Israel dalam waktu 15 hari. Ketika itu, Hamas tampaknya sudah mendeteksi kelemahan Iron Dome, terutama ketika mereka menembakkan 100 roket dalam hitungan menit saja.
Senjata baru dari Iran
Selain jumlah memanfaatkan jumlah roket yang banyak, Hamas disebut Janes menggunakan sistem roket baru yang dinamai Rajum. Ini adalah jenis roket jarak pendek, yang disebut lebih sukar untuk dicegat oleh Iron Dome.
Selain itu, Hamas juga menggunakan drone-drone kecil yang bisa menjatuhkan bom ke posisi tentara Israel. Hamas tampaknya mencontek penggunaan drone dalam perang Ukraina - Rusia.
Tidak hanya itu, dalam serangan Sabtu Hamas menggunakan berbagai jenis roket dan sistem misil - baik sudah usang maupun yang terbaru. Roket Hamas itu harganya sangat murah, karena belum dilengkapi teknologi kendali jarak jauh.

Dengan kata lain, roket yang digunakan Hamas adalah "roket bodoh" tetapi tetap saja mematikan. Roket-roket ini juga ditembakan menggunakan sistem peluncur sederhana.
Sebagian besar roket Hamas dibawa dalam bentuk komponen-komponen ke Gaza dan dirakit sendiri oleh Hamas. Iran adalah pemasok utama persenjataan Hamas.
Baca Juga: Daftar Pemain Sepak Bola Tewas Mengenaskan dalam Perang Israel - Hamas
Selain itu, senjata untuk Hamas juga diselundupkan dari Suriah dan Libya. Ada pula senjata yang dirampas atau dicuri dari Israel sendiri.