Tren ini mencerminkan meluasnya adopsi alat-alat yang dikembangkan sebelumnya, yang awalnya dirancang untuk melakukan kampanye tertarget, yang karena kebocoran yang disengaja atau tidak, telah menjadi hal yang umum.
Baca Juga: Tercatat 300 Ribu Serangan Ransomware Hantui Bisnis di Asia Tenggara, Indonesia Nomor 2
Alat-alat tersebut kini digunakan kembali dalam upaya menerapkan skenario serangan yang sepenuhnya otomatis.
Laporan MDR tahun 2023 juga menemukan bahwa proporsi insiden yang melibatkan deteksi artefak serangan tertarget, kerentanan kritis yang tersedia untuk umum, dan penggunaan rekayasa sosial adalah sekitar 4-5 persen.
"Penting untuk dipahami bahwa rendahnya jumlah insiden dengan tingkat keparahan tinggi tidak selalu berarti tingkat kerusakan juga rendah," kata Sergey Soldatov, Kepala Pusat Operasi Keamanan di Kaspersky.
Serangan tertarget kini direncanakan dengan lebih hati-hati, dan menjadi lebih berbahaya.
"Oleh karena itu, kami merekomendasikan penggunaan solusi keamanan siber otomatis yang efektif dan dikelola dengan bantuan analis SOC berpengalaman,” tambahnya dalam keterangan resminya, Jumat (3/5/2024).