Tak hanya itu, sekarang untuk penumpang Pelni non seat atau tak dapat tempat tidur, mendapatkan matras saat naik kapal Pelni. Sementara sebelumnya, penumpang non seat mencari tempat sendiri atau alas sendiri tanpa dapat matras.
Di samping itu, Pelni tidak melupakan keamanan dan keselamatan penumpang, makanya setiap tahun kapal yang dioperasikan Pelni naik docking atau perbaikan setiap tahunnya, termasuk perpanjangan surat dan kelengkapan alat keselamatan kapal.
Upaya Pelni Cabang Tanjungpinang dalam meningkatkan mutu layanan dan bisnis tersebut, ternyata berdampak positif terhadap pendapatan perusahaan yang dalam satu tahun bisa mencapai Rp15 miliar, atau bisa mencapai target yang telah ditetapkan.
Primadona warga pulau
Provinsi Kepri yang terdiri atas 2.408 pulau yang tersebar di tujuh kabupaten/kota itu mayoritas memang mengandalkan moda transportasi laut sebagai alat bepergian utama masyarakatnya. Kepri juga menjadi garda terdepan NKRI karena berbatasan langsung dengan banyak negara, seperti Malaysia dan Singapura.
Oleh karena itu, keberadaan Pelni sangat dibutuhkan masyarakat setempat, terutama di pulau-pulau terluar seperti Natuna dan Anambas yang sulit dijangkau oleh kapal laut, karena akses yang sangat jauh hingga ancaman gelombang tinggi yang terkadang mencapai ketinggian 7 meter.
Pada cuaca ekstrem dan gelombang tinggi itu pula, kapal-kapal cepat yang melayani rute Tanjungpinang ke Natuna atau Anambas terpaksa tidak beroperasi karena khawatir membahayakan keselamatan penumpang. Kapal cepat tujuan kedua pulau terluar di ujung utara Indonesia itu cuma berlayar dua kali dalam seminggu dengan harga tiket sekitar Rp550 ribu.
Berbeda dengan kapal Pelni berkapasitas lebih besar dan nyaman bagi penumpang, sampai kini tidak mengalami kendala untuk berlayar menjelajah Natuna dan Anambas, meskipun di tengah cuaca ekstrem atau di saat kapal lain tidak berlayar. Jadi, kapal Pelni tetap menjadi andalan warga pulau itu.
Khusus Pelni Cabang Tanjungpinang kini mengoperasikan dua kapal, yaitu satu KM Bukit Raya, dan satu kapal perintis penugasan pemerintah KM Sabuk Nusantara 48.
Baca Juga: Andalan Player Jago di Mobile Legends, Hero Jungler Ini Justru Tak Berdaya Lawan Dyrroth
Khusus KM Bukit Raya memiliki kapasitas 962 seat, yang melayani rute pelabuhan asal Kijang menuju Letung, Tarempa, Natuna, Midai, Serasan, kemudian lanjut ke luar Kepri yakni Pontianak dan Surabaya.
Adapun kapal perintis KM Sabuk Nusantara 48 memiliki kapasitas 498 seat melayani rute pelabuhan asal Tanjungpinang menuju Tambelan, Serasan, Midai, Selat Lampa, Subi, dan Pulau Laut. Kemudian Tanjung Balai Karimun, Moro, Dabo, dan Pekajang.
Kedua kapal tersebut masing-masing beroperasi dua kali keberangkatan dan dua kali kedatangan dalam sebulan.
Namun untuk tarif tiket kapal berbeda. Harga tiket KM Bukit Raya sedikit lebih komersil tapi tetap ditentukan oleh Pemerintah. Berbeda dengan kapal perintis penugasan yang tarifnya sudah disubsidi Pemerintah. Sebagai contoh, tarif tiket KM Bukit Raya Tanjungpinang-Natuna di kisaran Rp380 ribu per orang, sementara tarif perintis ke Natuna cuma sebesar Rp50 ribu per orang.
Meski demikian, peminat kedua kapal relatif sama. Misalnya, saat peak season penumpang rata-rata full seat, tapi khusus perintis tak ada dispensasi tambahan seat atau sesuai kapasitas tempat tidur.
Sementara KM Bukit Raya rata-rata ada dispensasi 40-50 persen dari kapasitas seat. Dispensasi ini sudah melalui tahapan pemeriksaan kelengkapan alat keselamatan dan kelaiklautan kapal dari hasil pemeriksaan mesin hingga alat navigasi.