Komdigi Sebut Indonesia Harus Mandiri Kembangkan AI biar Tak Bergantung Teknologi Asing

Dicky Prastya Suara.Com
Minggu, 28 September 2025 | 19:21 WIB
Komdigi Sebut Indonesia Harus Mandiri Kembangkan AI biar Tak Bergantung Teknologi Asing
Wamenkomdigi Nezar Patria saat konferensi pers di Kantor Komdigi, Jakarta, Rabu (16/4/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]
Baca 10 detik
  • Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai Indonesia tidak boleh tertinggal dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI).
  • Pengembangan AI dari dalam negeri bisa meningkatkan 3.5 persen produktivitas sektor nasional. 
  • Teknologi AI juga bisa dirancang untuk mengakomodasi kekayaan budaya, bahasa, dan kondisi sosial ekonomi lokal.

Suara.com - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai Indonesia tidak boleh tertinggal dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI).

Ia menilai kalau pengembangan AI dari dalam negeri bisa meningkatkan 3.5 persen produktivitas sektor nasional. Teknologi itu juga bisa dirancang untuk mengakomodasi kekayaan budaya, bahasa, dan kondisi sosial ekonomi lokal.

"Kemandirian dalam pengembangan AI juga memungkinkan Indonesia punya kontrol, punya kendali atas penggunaan, sekaligus perlindungan data warga. Serta kita bisa mengurangi ketergantungan pada teknologi digital asing," katanya, dikutip dari siaran pers, Minggu (28/9/2025).

Maka dari itu, Pemerintah melalui Kementerian Komdigi berupaya mengembangkan AI lewat talenta digital. Nezar mengatakan kalau saat ini Indonesia masih memerlukan 9 juta talenta digital hingga 2030.

Selain talenta digital, Komdigi juga menyiapkan kebijakan lewat peta jalan AI. Nezar menyebut kalau Komdigi fokus pada dua kebijakan, yakni pengembangan inovasi serta peningkatan kapabilitas serta kapasitas teknologi riset dan inovasi.

"Ini bisa kita wujudkan dengan memperkokoh kapasitas infrastruktur, penguatan kapasitas riset, serta peningkatan pelatihan untuk adopsi AI," lanjut dia.

Co-Founder AICO, Reynaldi Francois. [AICO]
Co-Founder AICO, Reynaldi Francois. [AICO]

Untuk memenuhi kebutuhan talenta digita, AICO Community menggelar Program Nasional Digital AI (Workshop PANDAI) bertajuk “Bikin AI dari Nol” untuk memperkenalkan literasi teknis. Sehingga masyarakat tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga kreator AI.

“Saya mengapresiasi AICO Community yang mempelopori program ini. Harapannya, makin banyak generasi muda Indonesia yang lahir sebagai talenta digital unggul,” kata Nezar.

Reynaldi Francois selaku Co-Founder AICO Community menjelaskan kalau kegiatan ini diikuti lebih dari 400 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, hingga praktisi.

Baca Juga: Real atau AI? Foto Pratama Arhan dan Putri Azzralea Ramai Dibahas Warganet

“Lewat workshop Bikin AI dari Nol, kami mengajak 400 peserta yang hadir bukan hanya jadi konsumen, tapi pencipta AI, arsitek yang bikin model AI sendiri dan kembangkan solusi lokal untuk Indonesia. Di sini kita belajar bahwa AI bukan sihir, ada matematika, logika, dan kode di baliknya," papar dia.

Di sana, mereka mendapatkan materi mulai dari pengenalan AI dan Large Language Model (LLM), pemahaman dataset dan proses tokenisasi, praktik melatih model GPT sederhana, hingga live demo pembuatan AI interaktif. Workshop juga mencakup diskusi mendalam mengenai dampak sosial serta etika penggunaan AI.

"Harapannya, ilmu ini bisa jadi langkah awal untuk melahirkan AI yang nyata manfaatnya, misalnya membantu petani di Garut, mendukung UMKM di Tanah Abang, atau membuat algoritma diagnosis penyakit bagi rumah sakit di Papua,” jelas Reynaldi.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI