Suara.com - Sebagai industri yang telah lama punya kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, segmen sigaret kretek tangan (SKT) yang padat karya masih membutuhkan perlindungan di rumah sendiri.
Perlunya keberpihakan terhadap SKT inilah yang berusaha disampaikan melalui kompetisi penulisan bagi jurnalis dan umum, dengan malam penganugerahan sebagai acara puncak digelar oleh Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI).
Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) R. Wijaya Kusumawardhana yang hadir pada acara tersebut menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan kompetisi ini.
Menurutnya, kegiatan tersebut mampu mengangkat realitas ekosistem pertembakauan khususnya SKT, terlebih di tengah dinamika regulasi yang bergulir.
“Dalam membuat sebuah regulasi kita perlu memikirkan cara dan solusi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jadi, semua pihak bisa benar-benar melihat dan merasakan kondisi yang ada. Tak bisa dipungkiri, penting melihat aspek dan unsur lokalitas yang harus dilestarikan demi menjaga keberlangsungan SKT ini,” sebut Wijaya ditulis Jumat (22/12/2023).
Lanjutnya, “Acara tersebut tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Saya bisa melihat langsung gambaran realitas SKT di Indonesia. Saya harap AMTI dapat melanjutkan ini sebagai sebuah agenda rutin sebagai sarana soliasisasi kepada para pewarta media dan masyarakat umum tentang keberadaan SKT di berbagai daerah di Indonesia.”
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum AMTI I Ketut Budhyman memaparkan bahwa selama ini SKT terbukti punya sumbangsih besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah. Apalagi, SKT yang padat karya didominasi oleh tenaga kerja perempuan yang kebanyakan berpendidikan rendah.
“Perlu diingat bahwa para pekerja SKT adalah perempuan tangguh yang juga mengemban peran ganda sebagai tulang punggung keluarga dan bahkan tiang perekonomian masyarakat. Faktanya saat ini, hampir 100% pekerja SKT merupakan perempuan yang mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Mereka berhasil menyekolahkan anak-anaknya sekaligus memberikan kontibusi positif bagi lingkungan sekitar,” Budhyman menjelaskan.
Ia menambahkan, kehadiran industri SKT tidak hanya memberdayakan pekerjanya, tapi juga turut memberikan efek ganda bagi perekonomian lokal di sekitar area pabrik. Misalnya warung makanan dan minuman, toko kelontong, angkutan umum, dan sebagainya.
“Maka, keberadaan dan keberlanjutan SKT sangat penting dijaga, karena sedikit saja terjadi gangguan terhadap segmen ini, pasti akan berdampak pada sektor penunjang lainnya,” tegasnya.
Budhyman pun berharap, kompetisi penulisan ini dapat menjadi titik awal semakin meluasnya kesadaran akan kontribusi SKT dan perhatian terhadap keberlangsungannya.
“Semoga hal ini kemudian dapat terwujud dalam bentuk perlindungan oleh pemerintah, baik di tingkat daerah maupun pusat,” ucapnya.
Asmono Wikan, Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi Dewan Pers yang menjadi salah satu panelis juri Kompetisi Penulisan AMTI, menyampaikan harapannya agar tulisan-tulisan peserta kompetisi ini dapat menghadirkan pendekatan baru dalam menyajikan keadaan industri SKT.
Menurutnya, pendekatan humanis yang diangkat dalam tulisan-tulisan tersebut akan memberikan gambaran konkret tentang keberadaan industri padat karya ini dan dampaknya yang signifikan terhadap orang-orang yang terlibat di dalamnya.
“Kita bisa lihat ekosistem pertembakauan ini luas, mulai dari petani, termasuk di dalamnya pekerja SKT. Semoga ke depannya regulasi yang lahir dapat mengakomodir kepentingan seluruh stakeholder,” tambahnya.