Akhirnya Rafique mendirikan Rohingya United bersama dengan para pengungsi Rohingya lainnya yang mendapat suaka di Australia.
"Kami memiliki banyak pemain muda. Jadi, saya dan sepupu saya menciptakan klub dan berpikir mungkin di masa depan kami bisa masuk ke liga. Kami baru saja membuat semua orang turun untuk menendang bola di sore hari. Begitulah awalnya," jelas Rafique.
"Lambat laun, kami mendapatkan banyak anggota komunitas yang datang untuk menonton kami. Jadi ini sangat penting bagi kami, karena kami mewakili komunitas kami dan kami membawa nama Rohingya ke mana pun kami pergi," tambahnya.
Antusias anak muda Rohingya di Australia dengan hadirnya Rohignya United sangat tinggi sehingga Rafique membentuk tim kedua yang dinamakan Queensland Rohingya (QR) The Brave.
Kedua klub ini pada akhirnya terdaftar di sebuah kompetisi sepak bola bernama Q-League yang baru memulai musim perdananya di Queensland. Ini adalah liga multikultural yang menawarkan komunitas migran dan pengungsi kesempatan untuk bermain sepakbola tanpa membayar biaya pendaftaran yang tidak terlalu mahal.
Dari hanya sekadar membuat bola sepak dari plastik di kamp pengungsian, sepak bola dan Rohingya United telah memberi harapan baru kepada Rafique dan para pengungsi Rohingya yang ada di Australia.
Kontributor: Aditia Rijki