Akuisisi Lionel Messi Menyingkap Kapitalisme dalam Sepakbola

Arief Apriadi Suara.Com
Sabtu, 14 Agustus 2021 | 14:55 WIB
Akuisisi Lionel Messi Menyingkap Kapitalisme dalam Sepakbola
Lionel Messi mengikuti sesi latihan pertamanya sebagai pemain PSG pada Kamis (12/8/2021). [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Serie A juga menolak karena klub-klub topnya beranggapan proposal akuisisi liga oleh CVC itu akan melemahkan kendali liga.

Tetapi situasi keuangan La Liga memang lebih berat ketimbang yang dihadapi Bundesliga, apalagi jika dibandingkan Liga Inggris.

Menurut Deloitte Annual Review of Finance, pandemi telah menggerus kemampuan keuangan klub-klub Eropa selama 2019-2020.

Total, pendapatan seluruh klub Eropa turun 3,4 miliar pound (Rp67,6 triliun) menjadi 22 miliar pound (Rp437 triliun).

Ini pertama kalinya pendapatan sepak bola Eropa ambruk demikian hebat sejak krisis keuangan global 2008-2009.

Tetapi ada beberapa liga yang agak bagus menghadapi situasi pandemi, salah satunya Bundesliga.

Liga Jerman adalah yang paling tahan banting hingga bisa menyalip La Liga sebagai liga paling menguntungkan kedua di bawah Liga Inggris.

Musim lalu itu, angka pendapatan Bundesliga hanya turun 4 persen atau 116 juta pound (Rp2,3 triliun) menjadi 2,8 miliar pound (Rp56,7 triliun). Sedangkan pendapatan La Liga anjlok 8 persen menjadi 2,7 miliar pound (Rp53,7 triliun).

Kapitalisme bencana

Baca Juga: Terlalu Dini Bagi Lionel Messi Lakoni Debut di PSG, Begini Alasan Pochettino

Italia dan Prancis lebih buruk lagi, masing-masing terpangkas 18 persen menjadi 1,8 miliar pound (Rp35,8 triliun) dan 16 persen menjadi 1,4 miliar pound (Rp27,8 triliun).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI