"Kami pikir dengan pergi ke Doha untuk bertemu Messi, dia mungkin akan menyukai Ronaldo," tambah Arif.
"Kami pergi ke Doha agar Messi bisa melakukan sesuatu untuknya, tapi dia tidak melakukan apa pun untuk Murtaza."
Murtaza kemudian menemukan kehidupan sehari-hari yang sulit, dengan orang-orang percaya Messi telah memberinya uang.
Pada akhirnya Murtaza berhenti sekolah, meninggalkan rumah dan berhenti bermain sepak bola.
Keluarganya mengirim dia dan pamannya ke Kabul, tetapi kekhawatiran akan penculikan diperparah dengan meningkatnya serangan teror di ibu kota Afghanistan.
Saat ditanya apakah dia menyesal pernah memakai kaos tersebut, Murtaza tetap setia kepada Messi.
"Ada banyak ledakan di mana-mana, boom," tambah Murtaza.
"Saya tidak punya tempat untuk bermain, saya tidak punya teman. Saya akan memakai kaus itu lagi, karena saya mengagumi Messi."
Beberapa bulan yang lalu, Murtaza dapat kembali ke rumah dan bergabung kembali dengan keluarganya.
Baca Juga: Takut Taliban, Pesepakbola Afghanistan Tewas Jatuh dari Pesawat
Afghanistan dalam Krisis

Lebih dari 2.200 diplomat dan warga sipil telah dievakuasi dari Afghanistan dengan penerbangan militer pada Senin (16/8/2021), saat Taliban melakukan upaya pertama untuk mendirikan pemerintahan di Kabul seperti dilansir dari Today In 24.
Kini, Taliban telah menyatakan perang di Afghanistan sudah berakhir sejalan dengan didudukinya Istana Kepresidenan oleh mereka.
"Hari ini adalah hari besar bagi rakyat Afghanistan dan mujahidin (Taliban). Mereka menyaksikan buah dari upaya dan pengorbanan mereka selama 20 tahun," ujar juru bicara Kantor Politik Taliban, Mohammad Naeem, kepada Al-Jazeera, yang dikutip Reuters, Senin (16/8/2021).
"Terima kasih, Tuhan. Perang di negara ini telah berakhir."