“Di sisi lain saya memikirkan orang tua saya, bagaimana caranya saya bisa mendapatkan sepoin, dua poin buat sehari kita makan,” lanjutnya.
Salah satu cara Saddil memenuhi kebutuhan keluarganya saat kecil adalah dengan berjualan. Ia mengaku saat kecil pernah berjualan jambu mete.
“
Kita sebagai anak-anak kecil, anak remaja itu, kadang kita menjual jambu mete. Itu mahal tau, dan itu bisa mendapatkan jajan buat sekolah, makan sehari-hari,” kenang Saddil.
“Ketika musim jambu itu, anak-anak itu seperti banyak uang, jadi kebiasaan anak-anak untuk menjual hal-hal seperti itu karena tak ada pekerjaan lain,” katanya.
Karena latar belakangnya yang kurang mampu, Saddil pun mengambil keputusan berani di usia muda untuk meninggalkan keluarganya demi mengejar mimpinya.
Eks Bhayangkara FC ini mengaku dirinya meninggalkan keluarga saat masuk kelas 1 SMA ke Pulau Jawa untuk belajar sepak bola.
“Saya mulai dilirik untuk belajar cara bersepak bola itu di tanah Jawa, di kota Malang. Jadi saya meninggalkan keluarga itu di kelas 1 SMA, pas naik kelas 1 SMA,” pengakuan Saddil.
Kini pengorbanan Saddil di masa muda untuk mengangkat derajat keluarganya pun berbuah manis usai dirinya menjadi salah satu pesepak bola ternama di Indonesia.
Bahkan tak hanya di Indonesia saja. Nama Saddil pun dielu-elukan oleh warga Malaysia, terutama pendukung Sabah FC, mengikuti jejak dua seniornya, Bambang Pamungkas dan Elie Aiboy, yang sempat jadi idola di Selangor FC.
(Felix Indra Jaya)
Baca Juga: David da Silva Nyatakan Minat Bela Timnas Indonesia, STY Tertarik?