Hampir seluruh bek Timnas Indonesia, baik lokal maupun keturunan, adalah tipikal bek yang lebih gemar membaca arah bola dan menunggu lawan saat bertahan.
Memang masih ada sosok Justin Hubner yang terkenal agresif. Tapi, agresivitas bek berusia 21 tahun itu kerap berbuah kartu atau pelanggaran.
Hal ini berbeda dengan Kevin Diks yang andal dalam membaca arah bola, pergerakan lawan, dan memiliki agresivitas.
Sebagai bukti, di musim ini Kevin Diks punya catatan rata-rata memenangkan 4,4 duel per laga, dengan rincian 3,3 duel di lapangan dan 1,1 duel di udara.
Catatan itu unggul atas Jay Idzes yang memenangkan rata-rata 3,9 duel per laga dan Mees Hilger yang memenangkan rata-rata 3,3 duel per laga.
Agresivitas Kevin Diks sejatinya bisa diandalkan dan dimaksimalkan saat melawan Jepang dan Arab Saudi, terlebih Timnas Indonesia diprediksi akan bermain ‘parkir bus’ atau bertahan total.
Dengan permainan ‘parkir bus’, Timnas Indonesia jelas membutuhkan pemain agresif untuk berduel dengan lawan agar bisa merebut bola untuk memulai serangan balik cepat.
Nah, Kevin Diks yang biasa beroperasi sebagai Fullback, juga punya kemampuan menginisiasi serangan balik cepat usai merebut bola dari lawan.
Selain itu, Kevin Diks juga punya kemampuan melakukan tusukan ke area lawan, yang dibuktikan di laga kontra Real Betis sehingga menghasilkan penalti untuknya dan FC Copenhagen.
Dengan kemampuan-kemampuan ini, tak mengherankan jika absennya Kevin Diks bisa menjadi alarm berbahaya bagi Timnas Indonesia saat melawan Jepang dan Arab Saudi.