Suara.com - Melihat wajah para pemain keturunan di Timnas Indonesia saat masih berusia muda. Kira-kira, siapa yang banyak berubah?
Saat ini, sebagian besar pemain keturunan yang ada di skuad Timnas Indonesia rata-rata berada di usia puncak sebagai pesepak bola.
Hal ini tak lepas dari keputusan para pemain keturunan di skuad Garuda yang memutuskan untuk membela panji Merah Putih saat usianya sudah matang.
Sebagai contoh adalah Thom Haye yang resmi dinaturalisasi saat usianya hampir menginjak 29 tahun. Pun dengan Kevin Diks yang dinaturalisasi pada usia 28 tahun.
Belum lagi dengan sederet pemain lainnya seperti Maarten Paes (26 tahun), Ragnar Oratmangoen (27 tahun), hingga Sandy Walsh (30 tahun).
Hampir semua pemain keturunan di Timnas Indonesia yang kini berada di usia matang, saat masih muda memiliki cita-cita bermain di tahan kelahirannya.
Sayangnya karena tak pernah dilirik oleh tanah kelahirannya, para pemain keturunan ini pun kemudian memutuskan untuk membela Timnas Indonesia di usia puncak sebagai pesepak bola.
Terlepas dari hal tersebut, menarik untuk melihat potret para pemain keturunan di Timnas Indonesia saat masih muda. Kira-kira siapa yang punya perubahan paling drastis?
1. Maarten Paes
Baca Juga: Catatan Mengerikan Korea Utara, Mungkin Timnas Indonesia U-17 Bisa Kalah
Maarten Paes yang dikenal oleh pendukung Timnas Indonesia saat ini terlihat layaknya pria dewasa yang memiliki brewok atau jambang.
Namun saat masih muda, Maarten Paes memiliki wajah yang tampan dengan rambut belah pinggir klimis, tanpa adanya jambang di area rahangnya.
2. Thom Haye
Thom Haye juga terlihat dewasa selama membela Timnas Indonesia. Auranya sebagai pemain matang pun terlihat baik itu di dalam dan luar lapangan.
Siapa sangka, wajah Thom Haye ternyata tak berubah sama sekali dari muda. Saat usianya di awal 20 tahun an, pemain berjuluk ‘Profesor’ ini tetap menjaga kumis dan jambang tipisnya.
3. Sandy Walsh
Tak hanya Thom Haye saja yang menjaga kumis dan jambangnya sejak muda hingga kini membela Timnas Indonesia di usia yang sudah kepala tiga.
Sandy Walsh juga terlihat tak mengalami perubahan sejak usia muda, di mana saat usianya baru 20 tahun an, ia sudah berpenampilan dengan kumis dan jambangnya.
4. Kevin Diks
Kevin Diks menjadi salah satu pemain Timnas Indonesia yang berkharisma. Tatapan tajam dan mimik wajah serius, membuatnya terlihat ‘sangar’ di mata kawan dan lawan.
Siapa sangka, penampilan ‘sangar’ Kevin Diks ini sudah terlihat sejak dirinya masih muda. Hal ini tak lepas dari gaya rambutnya, di mana ia memilih gaya rambut ‘cepak’ khas anggota militer.
Joey Pelupessy menjadi salah satu pemain keturunan anyar di Timnas Indonesia yang dinaturalisasi saat memasuki usia puncak sebagai pesepak bola.
Tampilannya yang ‘sangar’ nyatanya tak terlihat saat masih belia. Saat masih muda, Joey Pelupessy terlihat tampan dengan senyum khas dan rambut klimisnya.
Profil Sandy Walsh, Thom Haye, dan Maarten Paes
Tim Nasional Indonesia semakin menunjukkan taringnya di kancah sepak bola Asia dengan diperkuat oleh sejumlah pemain berdarah campuran yang berkarier di Eropa. Tiga nama yang mencuri perhatian adalah Sandy Walsh, Thom Haye, dan Maarten Paes. Kehadiran mereka memberikan dimensi baru bagi skuad Garuda, baik dari segi kualitas teknik, pengalaman internasional, maupun mentalitas. Berikut adalah profil singkat mengenai ketiga pemain kunci ini:
Sandy Walsh: Pilar Kokoh di Lini Belakang
Lahir di Brussel, Belgia, pada 14 Maret 1995, Sandy Henny Walsh memiliki darah Indonesia dari kakek dan neneknya yang berasal dari Surabaya dan Purworejo. Berposisi utama sebagai bek kanan, pemain berusia 30 tahun ini memiliki pengalaman malang melintang di berbagai kompetisi Eropa. Ia pernah membela tim muda Belanda, namun memilih untuk membela Timnas Indonesia setelah proses naturalisasinya rampung pada tahun 2022.
Sebelum berlabuh di klub J1 League, Yokohama F. Marinos pada Februari 2025, Walsh telah bermain untuk klub-klub Belgia seperti Genk, Zulte Waregem, dan KV Mechelen. Pengalamannya bermain di liga-liga kompetitif Eropa menjadikannya pemain yang tangguh dan disiplin di lini pertahanan. Selain solid dalam bertahan, Walsh juga memiliki kemampuan menyerang yang baik, seringkali membantu tim dalam membangun serangan dari sisi sayap. Kehadirannya di Timnas Indonesia memberikan kestabilan dan pengalaman berharga, menjadikannya salah satu pemain kunci di skuad Garuda.
Thom Haye: Sang Profesor di Lini Tengah
Thom Jan Marinus Haye, lahir di Amsterdam, Belanda, pada 9 Februari 1995, mewarisi darah Indonesia dari kakeknya yang berasal dari Solo dan neneknya dari Sulawesi Utara. Gelandang bertahan berusia 30 tahun ini dikenal dengan visi bermain yang cerdas, umpan-umpan akurat, dan kemampuan membaca permainan yang baik, hingga membuatnya dijuluki "The Professor" oleh para penggemar.
Karier Haye di Eropa cukup berwarna. Ia pernah membela AZ Alkmaar, Willem II, Lecce (Italia), ADO Den Haag, NAC Breda, dan SC Heerenveen sebelum akhirnya bergabung dengan Almere City di Eredivisie. Pengalamannya bermain di berbagai liga dengan gaya yang berbeda-beda memberikan fleksibilitas taktik bagi Timnas Indonesia. Kehadirannya di lini tengah memberikan keseimbangan antara pertahanan dan serangan, serta kemampuan untuk mendikte tempo permainan. Naturalisasinya yang rampung pada Maret 2024 menjadi angin segar bagi lini tengah Garuda yang membutuhkan kreativitas dan ketenangan.
Maarten Paes: Benteng Terakhir di Bawah Mistar
Maarten Vincent Paes, lahir di Nijmegen, Belanda, pada 14 Mei 1998, memiliki garis keturunan Indonesia dari neneknya yang lahir di Pare, Kediri. Kiper berusia 26 tahun ini menunjukkan potensi besar sebagai penjaga gawang yang handal. Posturnya yang tinggi (192 cm) didukung dengan refleks yang cepat dan kemampuan membaca arah bola yang baik.
Paes memulai karier juniornya di Belanda bersama VV Union dan NEC Nijmegen, sebelum akhirnya menembus tim senior NEC. Pada tahun 2018, ia bergabung dengan FC Utrecht dan kemudian hijrah ke Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat untuk membela FC Dallas sejak tahun 2022. Meskipun pernah membela timnas muda Belanda, Paes akhirnya memilih untuk membela Timnas Indonesia. Proses naturalisasinya sempat mengalami kendala, namun akhirnya rampung pada tahun 2024. Kehadirannya di bawah mistar gawang memberikan rasa aman bagi lini belakang Garuda dan diharapkan mampu menjadi tembok kokoh dalam menghadapi serangan lawan di berbagai kompetisi mendatang.
(Felix Indra Jaya)