Suara.com - Pemain Timnas Indonesia, Sandy Walsh bongkar alasan mengapa skuad Garuda bisa sangat jago ketika laga kandang di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Menurutnya, atmosfer Stadion GBK membuat skuad Garuda memiliki motivasi berlipat buat memenangi laga.
Sepanjang ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Timnas Indonesia cuma menderita kalah satu kali saat bermain kandang di Stadion GBK. Itu pun lawannya adalah Jepang yang di mana dari segi kualitas lebih baik dari tim Merah Putih.
Sedangkan sisanya, Timnas Indonesia mampu menahan imbang Australia (0-0), kemudian mengalahkan Arab Saudi (2-0), lalu menumbangkan Bahrain dengan skor tipis (1-0). Catatan itu berbeda saat laga tandang.
Timnas Indonesia ditahan seri Arab Saudi (1-1) dan Bahrain (2-2), lalu ditumbangkan China (1-2) serta dibantai Australia (1-5). Sandy Walsh mengatakan tampil di Stadion GBK punya aura berbeda dari venue lainnya.
"Bermain di SUGBK selalu istimewa. Getarannya, atmosfernya, saya merinding memikirkannya dan dukungannya luar biasa," kata Sandy Walsh dilansir BolaSport.com dari kanal YouTube Indosat Ooredoo Hutchison.
Skuad Garuda masih punya dua pertandingan yang harus dilalui. Pertama, menghadapi China di Stadion GBK pada 5 Juni mendatang, kemudian tandang ke markas Jepang lima hari setelahnya.
Tambahan poin harus dimaksimalkan di dua laga ini supaya menjaga asa lolos ke fase selanjutnya. Timnas Indonesia wajib mendapat kemenangan terutama saat berlaga menghadapi China di kandang sendiri.
Terlebih kata Sandy Walsh bermain di Stadion GBK semangatnya naik berkali-kali lipat. Selain itu mental lawan kemungkinan juga drop karena tekanan puluhan ribu suporter.
"Jadi kami merasa bisa mengalahkan siapapun di kandang sendiri. Kemarin sangat penting untuk menjaga mimpi tetap hidup," jelasnya.
Baca Juga: Timnas Indonesia vs China: Kevin Diks Bakal Duel Lawan Mantan Rekan Setim
"Sebagai tim kami tampil bagus bersama para penggemar dan meraih kemenangan," lanjut pemain yang merumput di Liga Jepang bersama Yokohama F. Marinos itu.