Berkat performa impresif itu, Kayne van Oevelen bahkan dikabarkan masuk radar klub raksasa Belanda, PSV Eindhoven dan Ajax Amsterdam.
Penjaga gawang kelahiran Zaandam, 7 Agustus 2003, itu memiliki darah keturunan Indonesia dari nenek sisi ayahnya. Sebagai informasi, neneknya merupakan orang asli Belanda yang lahir di Surabaya.
Dalam konteks Hindia Belanda saat itu, status semacam ini membuat nenek Kayne van Oevelen itu masuk dalam kategori Blijvers. Hal yang sama juga berlaku bagi kiper Timnas Indonesia saat ini, Maarten Paes.
"Kayne merupakan pesepakbola dari Belanda yang mempunyai darah keturunan Indonesia dari nenek di sisi ayahnya. Neneknya lahir di Surabaya zaman Hindia Belanda (Indonesia). Neneknya merupakan etnis Belanda yang lahir di Hindia Belanda (Indonesia) atau yang lebih kita kenal Blijvers," tulis akun Instagram @futboll.indonesiaa.
Jika Kayne van Oevelen benar-benar dinaturalisasi dan memilih memperkuat Timnas Indonesia, dampaknya bisa sangat besar, tidak hanya bagi tim nasional, tetapi juga bagi perkembangan sepak bola nasional secara keseluruhan.
Kehadiran Kayne akan menambah opsi berkualitas di bawah mistar gawang Timnas Indonesia. Saat ini, Maarten Paes dan Emil Audero menjadi pilihan utama, namun persaingan sehat di posisi penjaga gawang sangat dibutuhkan agar performa terus meningkat.
Dengan pengalaman bermain di Eropa dan statistik clean sheet yang menjanjikan, Kayne bisa menjadi pelapis sepadan atau bahkan penantang serius untuk posisi utama.
Usia yang baru menginjak 21 tahun, Kayne memiliki waktu panjang untuk membela Garuda. Jika proses naturalisasi dilakukan dalam waktu dekat, Kayne bisa menjadi bagian dari proyek jangka panjang Timnas hingga 10 tahun ke depan.
Kestabilan posisi kiper menjadi salah satu fondasi penting dalam tim, dan dengan usia Kayne, Indonesia berpeluang besar membangun lini pertahanan solid dalam jangka waktu panjang.
Baca Juga: Tak Akui Timnas Indonesia, Pelatih Malaysia Sebut Vietnam Tim Terbaik ASEAN
Jika melihat rekam jejaknya, Kayne van Oevelen memang harus menjalani proses yang panjang untuk bisa mencapai titik ini. Sebab, kariernya di dunia sepak bola tak ujug-ujug bersinar seperti sekarang ini.