Sebelumnya, pada November 2024, FIFA juga menjatuhkan empat sanksi kepada Indonesia karena pelanggaran yang terjadi dalam tiga pertandingan, yaitu saat melawan Australia, Bahrain, dan China.
Pelanggaran pertama terjadi saat Indonesia menghadapi Australia pada 10 September 2024. Timnas Indonesia terlambat memulai pertandingan, yang membuat FIFA memberikan peringatan keras.
Hal serupa terjadi kembali dalam pertandingan melawan China pada 10 Oktober 2024. Keterlambatan memulai kick-off dalam dua laga tersebut menyebabkan PSSI didenda sebesar Rp178 juta.
Sanksi ketiga dijatuhkan kepada manajer Timnas Indonesia, Sumardji, yang menerima kartu merah karena tindakannya dalam pertandingan melawan Bahrain. Akibatnya, ia dijatuhi denda sebesar Rp89 juta dan larangan mendampingi tim dalam satu laga berikutnya.
Tak berhenti di situ, pelanggaran keempat datang dari staf kepelatihan. Asisten pelatih Kim Jong-jin dianggap melakukan tindakan tidak sportif selama pertandingan melawan Bahrain.
FIFA memberikan hukuman tegas berupa larangan mendampingi tim dalam empat pertandingan, serta tambahan denda untuk PSSI sebesar Rp89 juta.
Jika ditotal, sepanjang Kualifikasi Piala Dunia 2026 saja, PSSI telah menerima serangkaian sanksi dengan akumulasi denda yang signifikan dan larangan-larangan kehadiran di lapangan yang tentunya merugikan dari sisi teknis.
Lebih jauh lagi, ini bukan pertama kalinya PSSI berurusan dengan FIFA. Dalam sejarah panjang sepak bola Indonesia, beberapa insiden besar lainnya juga pernah mencoreng nama baik PSSI di mata dunia.
Misalnya, pada tahun 2023, Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 akibat faktor non-teknis, yang juga membuat FIFA kecewa dan mencoret status tuan rumah Indonesia secara sepihak.
Baca Juga: Gasak Bahrain, Daya Juang Timnas Futsal Putri Indonesia Patut Diapresiasi!
Tak hanya itu, jauh sebelumnya, pada tahun 1958, Indonesia juga dicoret dari Kualifikasi Piala Dunia karena menolak bertanding melawan Israel, sebuah keputusan yang dilatarbelakangi oleh alasan politis.
Dan tentu saja, masih segar dalam ingatan publik soal pembekuan PSSI oleh FIFA pada 30 Mei 2015 akibat konflik internal antara PSSI dan pemerintah Indonesia yang dianggap mencampuri urusan federasi.
Rentetan sanksi dan persoalan ini menjadi pengingat penting bahwa untuk membangun sepak bola nasional yang lebih profesional dan berintegritas, pembenahan internal di tubuh PSSI harus dilakukan secara serius.
Disiplin, etika suporter, manajemen pertandingan, hingga kepatuhan terhadap regulasi internasional harus menjadi fokus utama agar Timnas Indonesia tidak terus-menerus menjadi sasaran sanksi FIFA.
Kontributor: Eko