"Ya memang saya melihatnya dari ketika saya ditanya waktu itu jarak poin dengan pesaing cukup jauh artinya masih 5 sampai 8 poin waktu itu kemudian melihat ke yang keduanya adalah dari faktor-faktor konsistensi," ujarnya.
"Dari tim yang secara mental juga bagus ya tidak terjadi penurunan yang signifikan, ketika kalah melawan Persebaya kemudian bangkit lagi itu menunjukkan bahwa tim ini memiliki mental juara," jelasnya.
Djanur sendiri sudah merasakan gelar juara bersama Persib, baik ketika masih menjadi pemain di era 1980-an, kemudian ketika menjadi asisten pelatih Indra Thohir di Liga Indonesia musim 1994–1995.
![Persib Juara, Bojan Hodak Disejajarkan dengan Pemain Bayern Munich [Tangkap layar X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/06/70283-bojan-hodak.jpg)
Tak sampai disitu, Djanur juga kembali merasakan gelar juara bersama Persib di kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014, saat mengisi posisi pelatih.
Menurut Djanur, ada perbedaan yang dirasakan ketika Persib meraih gelar juara di era perserikatan, ISL dan BRI Liga 1.
Djanur menilai, saat era perserikatan dan Liga Indonesia pertama Persib dihuni pemain lokal, kemudian saat ISL skuad Maung Bandung menggunakan beberapa pemain asing.
Selanjutnya, pada kompetisi BRI Liga 1, Persib dihuni banyak pemain asing, meski demikian penampilan skuad Maung Bandung tetap konsisten, sehingga berhasil back to back juara.
"Perbedaannya jelas ya dari materi pemain ya kali ini didominasi oleh pemain asing itu yang membedakan," ujarnya.
"Waktu itu 94/95 full lokal, 2014 hanya memberdayakan dua pemain asing. Sehingga kedalaman tim yang tahun ini dua tahun berturut-turut cukup bagus, sehingga konsistensi yang tadi bisa tetap terjaga," tegasnya.
Baca Juga: Bruno Moreira Tegaskan Target Persebaya, Siap Akhiri Tren Imbang Beruntun?
Sementara itu, meski Persib sudah mengunci gelar juara kompetisi BRI Liga 1 2024/2025, skuad Maung Bandung masih menyisakan dua pertandingan lagi yakni menghadapi Persita Tangerang dan Persis Solo.