Suara.com - PT Liga Indonesia Baru (LIB) melempar rencana untuk menerapkan aturan 11 pemain asing di Liga 1 untuk musim depan.
Dari 11 pemain asing itu, nantinya hanya delapan legiun saja yang bisa bermain di lapangan, tiga sisanya di bangku cadangan.
Langkah ini disebut sebagai penyesuaian terhadap regulasi terbaru yang dikeluarkan AFC.
"Dari AFC dalam regulasinya membebaskan (kuota pemain asing). Kalau yang musim depan kuota pemain asing yang didaftarkan 11 yang dimainkan delapan. Tapi nanti tergantung PSSI yang memutuskan," kata Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ferry Paulus.
Persib Bandung melalui CEO PT Persib Bandung Bermartabat Adhitia Putra Herawan pun memberikan respon mengenai penambahan kuota pemain asing pada kompetisi musim deoan.
Adhitia menyatakan Persib bersikap terbuka dan mendukung penuh setiap langkah yang diambil oleh operator maupun regulator kompetisi sepak bola nasional.
Dia memaparkan, tim Pangeran Biru sebagai klub profesional akan selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan regulasi yang ditetapkan pada kompetisi Liga 1 Indonesia musim depan.
"Terkait rencana PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk menambah kuota pemain asing menjadi 11 pemain per klub pada kompetisi Liga 1 musim 2025/2026, kami dari Persib menghormati dan mendukung penuh setiap langkah yang diambil oleh LIB sebagai operator liga, maupun PSSI sebagai regulator kompetisi sepak bola di Indonesia," ungkap Adhitia melansir ANTARA, Senin (19/5/2025).
Pada wacana terbaru, PT LIB sudah menyarankan kepada PSSI bahwa setiap klub yang berkompetisi pada Liga 1 Indonesia 2025/26 diperbolehkan mendaftarkan hingga 11 pemain asing.
Baca Juga: Klasemen BRI Liga 1 Pekan ke-33: Persis Solo dan Madura United Selamat dari Degradasi
Dari jumlah tersebut, maksimal delapan pemain asing dapat dimainkan secara bersamaan di atas lapangan, sementara tiga sisanya berada di bangku cadangan dan dapat diturunkan sebagai pengganti.
"Sebagai salah satu klub profesional di Liga 1, Persib selalu berkomitmen untuk mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap setiap regulasi yang ditetapkan secara resmi, demi kemajuan bersama," jelas Adhitia.
"Kami meyakini bahwa setiap kebijakan yang diambil tentunya telah melalui kajian strategis yang mempertimbangkan aspek peningkatan kualitas kompetisi, daya saing klub di level Asia, serta perkembangan industri sepak bola nasional secara menyeluruh," tambahnya.
Menurut Adhitia, dinamika dan perubahan dalam struktur regulasi merupakan bagian dari proses profesionalisasi dan modernisasi kompetisi domestik, yang juga sejalan dengan arah perkembangan sepak bola global.
"Persib akan terus berupaya mempersiapkan diri secara optimal dan beradaptasi dengan dinamika tersebut, agar dapat terus berkontribusi positif terhadap perkembangan sepak bola Indonesia," pungkasnya.
Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak juga memberikan peringatan keras sekaligus motivasi bagi para pemain lokal menyusul rencana penambahan kuota pemain asing.
"Ya, ini merupakan implementasi dari perubahan aturan AFC. Mereka sedang mencoba menyelaraskan kompetisi di Asia, dan Liga 1 juga harus beradaptasi," ujar Hodak.
Juru taktik asal Kroasia itu tak menampik bahwa kehadiran lebih banyak pemain asing akan membuat persaingan memperebutkan tempat di starting eleven semakin ketat.
Ia menilai kondisi ini justru menjadi tantangan besar bagi pemain lokal yang ingin bersaing di level tertinggi.
"Kalau pemain lokal ingin tetap bersaing dan masuk dalam skuad utama, maka kualitas mereka, baik dalam latihan maupun pertandingan, harus meningkat secara signifikan," jelas Hodak.
Keuangan Klub
Namun wacana penambahan kuota pemain asing juga menjadi tantangan yang cukup berat bagi manajemen klub.
Anggaran belanja pemain dipastikan membengkak, mengingat harga pemain asing lebih tinggi dibandingkan lokal.
Bukan tak mungkin, masalah finansial bakal menghantui klub-klub jika tidak siap dalam hal pendanaan.
PSIS Semarang bisa menjadi contoh nyata. Tim Laskar Mahesa Jenar dikabarkan menunggak gaji pemain hingga berbulan-bulan.
Akibat masalah finansial itu, sejumlah pemain asing memilih mundur dari skuad PSIS Semarang.
Kapten PSIS Semarang, Septian David Maulana, akhirnya menjelaskan secara terbuka apabila gajinya memang sudah tidak lancar sejak Januari 2025. Bahkan, sampai saat ini, upahnya untuk bulan itu masih belum dibayar lunas.
Sejak saat itu, Septian David tak lagi menerima gaji pada bulan berikutnya, yakni Februari, Maret, hingga April 2025. Menurut pemain asal Semarang itu, setiap pemain mengalami tunggakan gaji yang bervariasi antara satu dengan lainnya.
"Untuk masalah gaji, yang pasti memang ada keterlambatan, tetapi kami tidak tahu berapa bulan keterlambatan dari setiap pemain, karena kondisinya berbeda-beda,” kata Septian David Maulana kepada suporter.