Suara.com - Kabar mengejutkan datang dari dunia sepak bola nasional. Nama besar asal Belanda yang juga legenda Ajax Amsterdam dan Timnas Belanda, Simon Tahamata, dikabarkan akan bergabung dengan Timnas Indonesia sebagai kepala pemandu bakat (head of scouting).
Informasi ini pertama kali mencuat dari pemberitaan media Belanda, yang kemudian ramai diperbincangkan di berbagai kanal media Indonesia.
Menurut laporan dari laman VoetbalPrimeur, salah satu media sepak bola ternama di Belanda, kabar keterlibatan Simon Tahamata dalam proyek pengembangan talenta sepak bola Indonesia ini mulai tersebar pada Senin malam waktu Indonesia Barat, 19 Mei 2025.
Dalam artikelnya, media tersebut menyebut bahwa perekrutan Simon merupakan hasil dari pendekatan serius yang dilakukan oleh pihak PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) untuk memperkuat struktur kepelatihan dan pemantauan pemain muda di tanah air.
“Simon Tahamata telah menemukan tantangan baru dalam kariernya,” tulis VoetbalPrimeur.
“Mantan pemain Ajax dan Timnas Belanda itu akan menjadi kepala pemandu bakat Timnas Indonesia,” lanjut laporan tersebut.
Lebih lanjut, VoetbalPrimeur menyebutkan bahwa Simon tidak akan bekerja sendiri. Ia direncanakan akan berada dalam satu tim bersama pelatih kepala Patrick Kluivert, dan akan dibantu oleh dua sosok asisten pelatih asal Belanda lainnya yaitu Denny Landzaat dan Alex Pastoor.
Kolaborasi tiga nama besar ini disebut-sebut sebagai bagian dari visi jangka panjang PSSI untuk membangun fondasi sepak bola Indonesia dari akar rumput hingga ke level internasional.
Meski begitu, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh PSSI terkait kabar bergabungnya Simon Tahamata.
Baca Juga: Justin Hubner Putuskan untuk Hengkang, Wolves Bakal Kehilangan Permata Terbaiknya!
Kendati demikian, informasi ini sudah terlanjur menyebar luas dan menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola nasional.
Tak sedikit pula yang penasaran dengan detail kerja sama ini, termasuk mengenai besaran gaji yang kemungkinan akan diterima oleh Simon selama bertugas di Indonesia.
Sebagai informasi, Simon Tahamata bukanlah sosok baru dalam dunia kepelatihan dan pengembangan pemain muda.
Karier kepelatihannya dimulai sejak tahun 1996 ketika ia menangani tim junior Standard Liege di Belgia. Setelah itu, ia melanjutkan kiprahnya di dunia kepelatihan bersama klub Beerschot pada tahun 2000.
Pada tahun 2004, ia kembali ke tanah kelahirannya untuk menjadi bagian dari tim pengembangan pemain muda Ajax Amsterdam, klub yang juga pernah ia bela sebagai pemain.
Perjalanan kariernya sempat membawanya ke klub Al Ahly di Mesir pada tahun 2009, di mana ia juga dipercaya menangani tim muda klub tersebut. Namun, pada tahun 2014, Simon kembali lagi ke Ajax untuk meneruskan perannya dalam pengembangan bakat pemain muda.
Dengan pengalaman lebih dari dua dekade di dunia kepelatihan, khususnya dalam pengembangan usia muda, Simon Tahamata jelas menjadi aset berharga jika benar-benar bergabung dengan Timnas Indonesia.
Namun, hingga kini, belum ada data pasti mengenai gaji yang pernah diterima Simon saat melatih tim-tim junior tersebut.
Sebagai perbandingan, di Eropa sendiri, gaji seorang head of scouting sangat bergantung pada berbagai faktor seperti pengalaman, tingkat pendidikan, lokasi kerja, dan prestasi sebelumnya.
Misalnya, Rainer Bonhoff yang bekerja di klub besar seperti Chelsea, disebut-sebut menerima bayaran hingga 100 ribu pound sterling per bulan, atau sekitar Rp2 miliar.
Sementara itu, di Indonesia, posisi sebagai kepala pemandu bakat belum tentu mendapat bayaran sebesar itu. Gaji seorang scout profesional biasanya berkisar antara Rp10 juta hingga Rp40 juta per bulan, tergantung pada lingkup pekerjaan dan level tanggung jawab.
Dengan mempertimbangkan rekam jejak dan reputasi internasional Simon, tentu tidak mustahil jika PSSI harus menyediakan anggaran lebih besar dari biasanya untuk mengamankan jasanya.
Kehadiran sosok seperti Simon Tahamata tentu menjadi angin segar bagi pengembangan sepak bola tanah air, terutama dalam menjaring dan membina talenta-talenta muda yang tersebar di berbagai daerah.
Jika kabar ini benar, maka bisa menjadi langkah strategis PSSI untuk memperkuat fondasi pembinaan pemain dari usia dini yang selama ini menjadi tantangan besar.
Kini, publik tinggal menanti konfirmasi resmi dari pihak PSSI. Apakah benar Simon Tahamata akan menjadi bagian dari revolusi sepak bola Indonesia? Atau ini hanya sekadar rumor yang belum tentu terealisasi?
Yang jelas, kehadiran nama-nama besar seperti Simon, Kluivert, dan Landzaat dalam orbit Timnas Indonesia akan menjadi sorotan besar dan harapan baru bagi kemajuan sepak bola nasional.
Kontributor: Eko