Selepas pensiun, Simon Tahamata fokus membina pemain usia muda. Ia meniti karier kepelatihan di akademi klub-klub seperti Standard Liege, Beerschot, dan Ajax Amsterdam.
Bahkan, ia sempat melatih di Arab Saudi bersama Al Ahli.
![Simon Tahamata dan John Heitinga berfoto bersama di depan suporter Belanda [Instagram Simon Tahamata]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/05/64454-simon-tahamata.jpg)
Sejak 2015, Simon mengembangkan akademi sepak bolanya sendiri bernama Simon Tahamata Soccer Academy, yang dikenal mengedepankan teknik dan pengembangan karakter pemain muda.
Simon juga mendapat penghormatan spesial dari Ajax Amsterdam pada laga melawan Utrecht, 3 Maret lalu.
Sebuah spanduk besar bertuliskan “Oom Simon, Terima Kasih” dibentangkan di Johan Cruyff Stadium sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan kontribusinya dalam dunia sepak bola.
Ia dijadwalkan tiba di Indonesia pada akhir Mei 2025 dan segera mulai bekerja.
Peran barunya di PSSI diyakini akan memberikan dampak positif terhadap pencarian dan pembinaan pemain muda berbakat, terutama untuk jangka panjang Timnas Indonesia.
Mengapa Penunjukan Ini Penting?

Penunjukan Simon Tahamata tak bisa dilepaskan dari strategi jangka panjang PSSI yang tengah mengejar misi besar lolos ke Piala Dunia 2026.
Baca Juga: 3 Alasan Patrick Kluivert Panggil Yance Sayuri dan Yakob Sayuri Lawan China dan Jepang
Dengan makin banyaknya pemain diaspora yang tampil menonjol di liga-liga Eropa, PSSI membutuhkan sosok berpengalaman dan paham kultur sepak bola Eropa dan Indonesia.
Simon hadir sebagai jembatan penting untuk memaksimalkan potensi ini.
Selain itu, hadirnya figur pelatih sekaligus mentor dari kalangan diaspora juga menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia, bahwa jalur profesional di level dunia sangat mungkin diraih.
Rekam jejak Simon di berbagai akademi sepak bola ternama juga akan memperkuat struktur pelatihan pemain di Indonesia.