Cerita Simon Tahamata, Pendukung RMS Kini Jadi Head of Scouting Timnas Indonesia

Jum'at, 23 Mei 2025 | 07:17 WIB
Cerita Simon Tahamata, Pendukung RMS Kini Jadi Head of Scouting Timnas Indonesia
Simon Tahamata juga pernah menjadi pelatih tim akademi Ajax Amsterdam di Belanda serta menjadi pelatih akademi tim top Arab Saudi, Al Ahli. (IG Timnas Indonesia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cerita Simon Tahamata, legenda Ajax Amsterdam pendukung gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang kini jadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia.

Belum lama ini, PSSI mengumumkan Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat (Head of Scouting) Timnas Indonesia.

Tugas ini diberikan kepada pria berusia 68 tahun itu untuk menjaring talenta-talenta di dalam dan luar negeri guna membantu pengembangan pemain nasional.

Pemain Muda Indonsia Ingin Dilirik Simon Tahamata? Siapakan Tulang Kering Anda [Dok Pribadi]
Pemain Muda Indonsia Ingin Dilirik Simon Tahamata? Siapakan Tulang Kering Anda [Dok Pribadi]

“Kami sangat antusias menyambut Simon Tahamata dalam keluarga besar PSSI,” kata Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir.

“Pengalaman dan keahliannya dalam pengembangan pemain muda akan menjadi aset berharga dalam perjalanan kami menuju panggung dunia,” lanjut Erick Thohir.

Penunjukkan ini tentunya tak lepas dari pengalaman Simon Tahamata. Selepas gantung sepatu, ia sempat menjadi pelatih berbagai tim akademi di klub-klub top Eropa dan Asia.

Tercatat, pria keturunan Maluku ini pernah menjadi pelatih akademi Standard Liege dan Germinal Beerschot di Belgia.

Selain itu, Simon Tahamata juga pernah menjadi pelatih tim akademi Ajax Amsterdam di Belanda serta menjadi pelatih akademi tim top Arab Saudi, Al Ahli.

Terlepas dari sepak terjangnya yang mentereng itu, penunjukkan ini membuat masa lalu Simon Tahamata dikuliti oleh banyak pihak.

Baca Juga: Pemain Muda Indonsia Ingin Dilirik Simon Tahamata? Siapkan Tulang Kering Anda

Resmi! Simon Tahamata Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia (PSSI)
Resmi! Simon Tahamata Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia (PSSI)

Salah satunya adalah statusnya sebagai pendukung gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang notabene gerakan separatis di Indonesia.

Dari Pendukung RMS dan Jabat Status Penting di Timnas Indonesia

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, Simon Tahamata merupakan pria keturunan Maluku. Hanya saja dirinya lahir dan tumbuh di Belanda.

Simon Tahamata lahir di Kamp Vught, Belanda, dari keluarga Maluku, di mana ayahnya adalah prajurit KNIL atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

Simon Tahamata lahir dan tumbuh di Belanda bersama 11 saudaranya di kamp dan di sebuah desa pinggiran di Belanda yang bernama Tiel.

Karena paham akan asal-usulnya sebagai keturunan Maluku, Simon Tahamata memberi simpatinya untuk gerakan komunitas Maluku di Belanda saat dirinya masih remaja.

Terlebih saat dirinya remaja, ia menyaksikan perjuangan orang Maluku di Belanda lewat pembajakan kereta di Wijster, Bovensmilde, dan De Punt.

Karenanya, Simon Tahamata dengan bangga menyebut dirinya sebagai Putra Maluku. Terlebih seiring banyaknya anggapan bahwa dirinya orang Suriname.

“Saya harus menunjukkan warna asli saya pada tahun 1977. Sebelumnya, banyak orang mengira saya orang Suriname,” kata Simon Tahamata ke media Belanda, Algemeen Dagblad.

“Saya memperkenalkan diri di media dan di dunia sepak bola sebagai orang Maluku dan saya katakan bahwa saya bersimpati terhadap tindakan orang Maluku,” tambahnya.

Karena simpatinya dan rasa bangganya terhadap asal-usulnya sebagai Putra Maluku, Simon Tahamata masih mempercayai bahwa RMS akan menjadi kenyataan.

“Hanya Dia yang tahu kapan mimpi kita, RMS, akan menjadi kenyataan. Saya harus terus percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Meskipun saya mungkin tidak melihatnya dalam hidup saya,” katanya.

Kini Simon Tahamata akan kerap mampir ke Indonesia karena statusnya sebagai Kepala Pemandu Bakat (Head of Scouting) bagi PSSI.

Simon Tahamata, sosok berpengalaman berdarah Maluku-Belanda, diamanahi peran penting dalam proses scouting nasional.

Ia diharapkan mampu menjadi jembatan bagi pemain muda Indonesia, baik yang tumbuh di dalam negeri maupun yang memiliki darah Indonesia di luar negeri, agar bisa terpantau secara sistematis dan profesional.

Tak hanya untuk timnas senior, perannya akan menjangkau juga kelompok usia muda, berkolaborasi dengan pelatih seperti Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, dan Nova Arianto.

Penunjukan Tahamata tidak datang tanpa alasan kuat. Sosok kelahiran Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956 itu sudah lama malang melintang di dunia pembinaan usia muda, terutama bersama klub-klub elit seperti Ajax Amsterdam.

Karier pelatihannya di akademi sudah dimulai sejak tahun 1996 dan berlanjut hingga dua dekade berikutnya, memperkuat kredibilitasnya dalam menemukan dan membina bakat muda sepak bola.

Sebelum dikenal sebagai pelatih, Tahamata adalah mantan pemain profesional yang berposisi sebagai winger.

Debutnya di kancah sepak bola profesional terjadi pada tahun 1976 bersama Ajax Amsterdam. Ia kemudian memperkuat klub-klub Eropa lainnya seperti Standar Liege, Feyenoord, Beerschot, hingga Germinal Ekeren.

Rekam jejaknya menunjukkan bahwa ia bukan hanya pelatih berbakat, tetapi juga eks pemain berprestasi yang pernah mengisi skuad tim nasional Belanda dari tahun 1979 hingga 1986.

(Felix Indra Jaya)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI