Tim Garuda Pertiwi hanya mampu finis di posisi ketiga Grup D dengan satu kemenangan atas Kirgistan dan dua kekalahan dari Taiwan serta Pakistan.
"Padahal, skuat putri telah diperkuat oleh sejumlah pemain naturalisasi yang diproyeksikan untuk mendongkrak kualitas," tulis Webthethao.
Media itu menuding PSSI terlalu bergantung pada strategi instan, yakni naturalisasi, dan mengabaikan pembinaan jangka panjang melalui kompetisi lokal.
Mereka menegaskan, tanpa liga yang berjalan reguler dan pembinaan usia dini, kualitas pemain tidak akan berkembang secara kolektif dan kompetitif.
“Kesenjangan kemampuan antara pemain lokal dan naturalisasi begitu mencolok, membuat tim sulit bermain secara kolektif dan kompetitif di level Asia,” lanjutnya.
Lebih jauh, mereka mendesak Ketua Umum PSSI Erick Thohir agar tidak hanya fokus pada pengembangan tim putra, tetapi juga membangun fondasi kuat bagi sepak bola putri melalui kompetisi dan pembinaan yang berkelanjutan.
Kegagalan lolos ke Piala Asia 2026 menyisakan kekecewaan mendalam di tubuh Timnas Putri Indonesia. Usai laga melawan Taiwan, para pemain mengitari lapangan sambil membentangkan spanduk bertuliskan, “Pak Erick, kapan Liga 1 Putri digelar?”
Spanduk itu diberikan oleh suporter sebagai bentuk dukungan dan protes damai. Namun insiden tak mengenakkan terjadi saat seorang wanita berjas hitam yang diduga petugas langsung merebut spanduk tersebut dari para pemain.
Aksi itu menggambarkan bagaimana suara para pemain wanita seolah dibungkam, alih-alih didengarkan. Padahal, absennya kompetisi resmi membuat karier dan perkembangan mereka stagnan.
Baca Juga: Erick Thohir soal Piala Indonesia: Saya Tak Takut Dihujat!
Ketua Umum PSSI Erick Thohir berdalih bahwa federasi saat ini tengah fokus pada tim nasional. Ia menyebut, seperti federasi sepak bola dunia lainnya, prioritas utama tetap pada timnas.
“Apakah kami mendorong Liga Putri? Pasti. Itu bagian kami untuk mencoba mendorong," ujar Erick dalam konferensi pers (7/7/2025).
Namun ia mengakui, padatnya jadwal kompetisi dan keterbatasan infrastruktur menjadi kendala utama dalam menggulirkan Liga 1 Putri dalam waktu dekat.
Pernyataan ini dinilai tidak menjawab desakan publik dan pelaku sepak bola wanita yang terus berharap adanya liga berkelanjutan.
Selain tidak adanya kompetisi, sepak bola wanita di Indonesia juga minim eksposur. Situasi ini mengingatkan pada kritik dari pemain bintang Vietnam, Hunh Nh, yang mengeluhkan pertandingan yang dimainkan di siang hari dan stadion tanpa tribun penonton.
"Untuk apa semua pencapaian sepak bola wanita kalau kami diperlakukan seperti ini?" tulis Hunh Nh dalam unggahan media sosialnya yang kemudian ia hapus.