Suara.com - Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, atau yang nantinya berubah nama menjadi Super League, akan menjadi salah satu liga yang menggunakan kuota pemain asing tertinggi di ASEAN. Lantas, bagaimana perbandingannya dengan kompetisi di negara lain?
Meningkatnya kuota penggunaan pemain asing untuk musim 2025/2026 ini kabarnya telah resmi mendapatkan persetujuan dari seluruh peserta Super League yang juga merupakan pemilik saham PT LIB.
Keputusan itu diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT LIB di Jakarta, Senin (7/7/2025). Nantinya, setiap klub boleh mendaftarkan 11 pemain asing, tetapi hanya delapan yang bisa masuk dalam daftar susunan pemain.
Lantas, jika dibandingkan dengan kompetisi top lainnya di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN, bagaimana jumlah dan kuota yang digunakan? Berikut Suara.com menyajikan ulasannya.
![Bek sayap Asnawi Mangkualam tampil memperkuat Port FC di laga Liga Thailand kontra Muangthong United di PAT Stadium, Bangkok, Rabu (14/2/2024) malam WIB. [doc. Port FC]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/04/50204-bek-sayap-asnawi-mangkualam-tampil-memperkuat-port-fc-di-laga-liga-thailand.jpg)
Kompetisi sepak bola di Thailand dikenal sebagai salah satu yang terbaik di regional Asia Tenggara. Bisa dibilang, kasta tertinggi Liga Thailand, atau yang dikenal dengan Thai League 1, punya aturan yang unik.
Sebab, untuk musim 2025/2026, setiap tim bisa mendaftarkan maksimal tujuh pemain asing bebas. Tidak ada batasan jumlah pemain dari regional Asia Tenggara. Artinya, mereka bisa merekrut sebanyak mungkin pemain asing ASEAN.
Dengan regulasi semacam ini, klub-klub Liga Thailand memang bisa berbicara banyak di kawasan Asia. Itulah yang membuat peringkat MA mereka terhitung tinggi, sehingga bisa mengirimkan banyak wakil di ACLE, ACL2, hingga ACGL.
Baca Juga: Semen Padang FC Maksimalkan Waktu, Dua Uji Coba Internasional Sudah Menanti

Sementara itu, operator kompetisi di Malaysia (MFL) telah merumuskan regulasi penggunaan pemain asing baru untuk musim 2025/2026. Bisa dibilang, kuota pemain asing di Negeri Jiran jauh lebih ekstrem lagi.
Pasalnya, mereka menambah kuota pemain asing menjadi 15. Akan tetapi, hanya ada tujuh pemain yang bisa diturunkan sebagai starter, dan dua lainnya dibolehkan duduk di bangku cadangan.
Komposisinya terdiri dari empat pemain asing bebas, satu dari Asia, sedangkan dua lainnya dari Asia Tenggara. Ini merupakan peningkatan dari musim lalu, di mana tim yang tampil di ACLE dan ACL2 bisa mendaftarkan 12 pemain, sedangkan klub lainya hanya 9 pemain asing.
3. Liga Vietnam

Sementara itu, apabila melihat aturan di Liga Vietnam, untuk musim 2025/2026, setiap klub diperbolehkan untuk mendaftarkan empat pemain asing. Namun, hanya tiga pemain yang bisa bermain bersama-sama.
Adapun klub-klub Vietnam yang berpartisipasi di kompetisi antarklub Asia, diperbolehkan untuk mendaftarkan tujuh pemain asing. Akan tetapi, hanya ada empat pemain yang bisa masuk dalam DSP.
Setiap klub juga diperbolehkan untuk mendaftarkan total dua pemain asing yang memiliki darah keturunan Vietnam. Dengan minimnya penggunaan pemain asing ini, klub Vietnam memang bisa tampil lebih baik ketimbang klub Indonesia di Asia.
Jika dilihat dari segi jumlah, Malaysia memimpin dengan kuota tertinggi, yakni 15 pemain asing, disusul Indonesia (11), Thailand (7 bebas tanpa batas ASEAN), lalu Filipina (6), Singapura (6), dan Vietnam (4–7 dengan batas ketat).
Kebijakan ini mencerminkan perbedaan fokus masing-masing federasi: ada yang mengutamakan ekspansi kualitas dengan impor pemain asing, ada pula yang tetap menjaga dominasi pemain lokal untuk jangka panjang.
Tinggal bagaimana klub dan federasi mengelola komposisi tim agar tetap seimbang dan kompetitif, baik di level domestik maupun internasional.
Kontributor: Muh Faiz Alfarizie