Suara.com - Kepindahan bek Timnas Indonesia, Nathan Tjoe-A-On, menjadi sebuah drama kecil di bursa transfer musim panas ini.
Setelah nyaris bergabung dengan klub Denmark, Lyngby Boldklub, kesepakatan itu batal di menit akhir padahal ia sudah lolos tes medis.
Tak lama kemudian, Nathan justru pulang kampung ke Belanda dan resmi diperkenalkan sebagai pemain Willem II Tilburg.
Kegagalan transfer ke Lyngby dan keberhasilan kepindahan ke Willem II ini memicu pertanyaan menarik, manakah di antara kedua klub ini yang sebenarnya lebih ideal untuk karier Nathan Tjoe-A-On?
Berikut adalah perbandingan antara Lyngby Boldklub dan Willem II:

1. Kompetisi dan Ambisi Klub
Pada titik ini, kedua klub memiliki kesamaan fundamental yakni keduanya baru saja terdegradasi dari kasta tertinggi dan kini berkompetisi di divisi kedua liga negara masing-masing.
Willem II sebagai klub dengan nama besar yang baru turun kasta, ambisi mereka sangat jelas dan tidak bisa ditawar: promosi langsung kembali ke Eredivisie.
Tekanan untuk menjadi juara atau setidaknya finis di zona promosi akan sangat tinggi.
Baca Juga: Here We Go! Nathan Tjoe-A-On Resmi Gabung Willem II Tilburg
Lyngby Boldklub sama seperti Willem II, target utama mereka pastilah untuk segera kembali ke Danish Superliga.
Ambisi untuk bangkit kembali ini menjadi benang merah di antara kedua klub.
Secara reputasi, Eerste Divisie Belanda sering dianggap sebagai salah satu liga kasta kedua terbaik di Eropa, yang terkenal dalam mencetak talenta-talenta teknis.
Hal Ini bisa menjadi panggung yang lebih kompetitif dan terlihat bagi eks Swansea City ini.
2. Sejarah, Status, dan Kultur Sepak Bola
Di sinilah perbedaan paling signifikan terlihat. Willem II adalah klub dengan sejarah panjang dan reputasi yang solid di Belanda.
Didirikan pada 1896, mereka pernah menjadi juara Eredivisie tiga kali, meski sudah sangat lama.
Nama Willem II lebih dikenal di panggung Eropa dan sering menjadi langganan kasta tertinggi. Kultur sepak bolanya sangat kental dengan gaya Belanda yang teknis dan mengandalkan penguasaan bola.
Lyngby Boldklub juga merupakan klub yang disegani di Denmark dengan koleksi dua gelar Liga Denmark dan tiga Piala Denmark.

Namun, secara status internasional, nama mereka mungkin tidak sebesar Willem II.
Kultur sepak bola Skandinavia, meski terus berkembang, secara tradisional dikenal lebih mengandalkan fisik dan permainan direct dibandingkan kultur Belanda.
3. Kesesuaian untuk Nathan Tjoe-A-On
Melihat perjalanan karier dan kebutuhan Nathan saat ini, pilihan yang ada menawarkan skenario yang berbeda.
Pindah ke Willem II adalah skenario pulang ke rumah. Sehingga, Nathan Tjoe-A-On tidak perlu beradaptasi dengan kultur sepak bola baru karena ia tumbuh dan berkembang di sistem sepak bola Belanda.
Tujuannya yang ingin menjadi pemain kunci lagi di setiap pekan sangat mungkin terwujud di Willem II yang sedang membangun kembali kekuatan untuk promosi. Ia bisa menjadi pilar utama di lingkungan yang sudah ia kenal.
Andai pindah ke Lyngby akan menjadi tantangan baru di negara dan liga yang berbeda.
Namun, batalnya kesepakatan dengan alasan "tidak menemui kecocokan" mengindikasikan bahwa mungkin ada aspek yang tidak selaras dengan keinginan Nathan atau pihak klub.