Cerita Tante Brandon Scheunemann Blusukan ke Pelosok Papua demi Sepak Bola Putri

Galih Prasetyo Suara.Com
Sabtu, 26 Juli 2025 | 13:07 WIB
Cerita Tante Brandon Scheunemann Blusukan ke Pelosok Papua demi Sepak Bola Putri
Cerita Wanita Jerman Blusukan ke Pelosok Papua demi Cari Ini, Siapanya Brandon Scheunemann? [Instagram Heidi Scheunemann]

Suara.com - Kegembiraan ditunjukkan wanita Jerman pasca Timnas Indonesia U-23 lolos ke final Piala AFF U-23 2025 dengan mengalahkan Thailand lewat babak adu penalti, Jumat (25/7).

Wanita Jerman itu begitu bangga karena sanak keluarganya ada andil meloloskan Garuda Muda ke final Piala AFF U-23 2025.

Wanita Jerman itu bernama Heidi Scheunemann. Dari nama belakangnya, pecinta sepak bola nasional tentu tak asing.

Ya Heidi ialah keluarga dari Brandon Scheunemann, penggawa Timnas Indonesia U-23.

Siapa Heidi Scheunemann? Heidi ialah kakak ipar Timo Scheunemann, ayah dari Brandon Scheunemann.

Timnas U-23 ke Final Piala AFF, Tante Brandon Scheunemann: Scheunemann for Indonesia [Tangkap layar Instagram]
Timnas U-23 ke Final Piala AFF, Tante Brandon Scheunemann: Scheunemann for Indonesia [Tangkap layar Instagram]

Heidi Scheunemann di postingan Instastory akun Instagram miliknya unggah momen saat Brandon sukses taklukkan kiper Thailand.

"Scheunemann for Indonesia," tulis Heidi di postingannya tersebut.

Kecintaan dan totalitas keluarga Scheunemann untuk Indonesia memang patut diancungi jempol.

Tak hanya Timo, Brandon ataupun Claudi, Heidi pun peran besar untuk sepak bola Indonesia, khususnya sepak bola putri Indonesia.

Baca Juga: Timnas U-23 ke Final, Tante Brandon Scheunemann: Scheunemann for Indonesia

Heidi salah satu sosok penting di balik tumbuhnya bibit-bibit unggul sepak bola wanita di Papua.

Sudah sejak 1996, Heidi menetap di Papua bersama sang suami, Reiner Scheunemann. Selama hampir tiga dekade, ia konsisten turun langsung ke lapangan—bahkan hingga ke pelosok—demi mencari talenta emas dari Bumi Cenderawasih.

"Awalnya saya melatih bola voli, tapi saya sadar jalan masuk ke timnas voli susah karena postur tubuh pemain Papua yang kurang tinggi. Akhirnya saya alihkan ke sepak bola, karena anak-anak Papua punya fisik yang sangat atletis," ujar Heidi kepada ASBWI (Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia).

Transformasi itu dimulai pada 2008, saat ia memutuskan untuk menggelar kejuaraan sepak bola putri pertama di Papua.

Dari situ, muncul banyak talenta yang kini mulai dikenal di kancah nasional, seperti Marselina Awi dan Lisa Madjar, dua pilar Persitoli Tolikara yang menjadi juara Piala Pertiwi 2021–2022.

Cerita Wanita Jerman Blusukan ke Pelosok Papua demi Cari Ini, Siapanya Brandon Scheunemann? [Dok ASBWI]
Cerita Wanita Jerman Blusukan ke Pelosok Papua demi Cari Ini, Siapanya Brandon Scheunemann? [Dok ASBWI]

Tak main-main, Heidi mengantongi lisensi UEFA PRO B, sebuah bukti kredibilitasnya sebagai pelatih profesional di level tinggi.

Tapi lebih dari sekadar gelar pelatih, ia dikenal sebagai pendidik dan pembimbing yang membentuk karakter para pemain muda.

"Sepak bola dan pendidikan tidak bisa dipisahkan. Harus seimbang. Pemain jangan cuma jago di lapangan, tapi juga harus pintar. Kalau pun gagal jadi pemain, mereka tetap punya masa depan lewat pendidikan," tegas Heidi.

Sosoknya memang jauh dari sorotan media nasional.

Tapi perannya sebagai penggerak utama sepak bola wanita Papua sangatlah nyata.

Tanpa publikasi besar-besaran, Heidi terus berkarya dalam diam—mengangkat harapan, mimpi, dan masa depan banyak gadis Papua melalui si kulit bundar.

“Sepak bola putri itu harus dimulai dari akar. Di Papua, akar itu sudah kami tanam sejak lama. Sekarang tinggal bagaimana semuanya mau bersama-sama menyiram dan merawatnya,” pungkas Heidi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI