Jika berhasil dinaturalisasi, Dallinga disebut-sebut akan menjadi pemain dengan nilai tertinggi dalam skuad Merah Putih.
Namun meskipun media asing menaruh ekspektasi besar, hambatan administratif dan regulasi FIFA tetap menjadi tantangan terbesar dalam proses naturalisasi pemain sepak bola Indonesia seperti Dallinga.
Data Kolonial Tak Cukup Jadi Bukti Darah Indonesia
Sumber informasi dari arsip Archive NL sempat memicu optimisme. Dalam data tersebut disebutkan bahwa marga Dallinga pernah tinggal di Tanjung Priok, sebuah wilayah yang menjadi bagian dari Indonesia di masa kolonial.
Hal ini lantas ditafsirkan oleh sebagian pihak sebagai indikasi adanya garis keturunan Indonesia dalam Thijs Dallinga.
Namun sayangnya, indikasi tersebut belum didukung bukti legal yang kuat. Tanpa dokumen keluarga atau pengakuan resmi dari Dallinga, upaya pembuktian asal-usul darah Indonesia sulit dilakukan.
Oleh karena itu, publik diimbau untuk lebih realistis dalam menyikapi isu ini.
Lebih dari sekadar soal darah keturunan, Dallinga juga memiliki kendala dari sisi regulasi FIFA. Pemain kelahiran 3 Agustus 2000 ini diketahui pernah membela Timnas Belanda U-21 dalam ajang resmi Euro U-21 pada Juni 2023. Saat itu usianya sudah mencapai 22 tahun.
Menurut aturan FIFA, pemain yang telah tampil di kompetisi resmi untuk negara asalnya di atas usia 21 tahun tidak bisa mengganti federasi atau melakukan naturalisasi.
Ini menjadi penghalang besar dalam upaya menjadikan Dallinga bagian dari skuad Timnas Indonesia.
Baca Juga: Jay Idzes: Saya Senang di Venezia, Resmi Bertahan?
Kasus Maarten Paes Jadi Perbandingan
Kasus serupa sempat dialami Maarten Paes. Kiper ini juga sempat bermain untuk Belanda U-21 di usia 22 tahun.
Namun perbedaannya, saat itu PSSI berhasil melakukan banding ke Badan Arbitrase Olahraga (CAS), karena laga yang dimainkan Paes semestinya dilangsungkan setahun lebih awal, namun tertunda akibat pandemi.
Sayangnya, situasi Thijs Dallinga berbeda. Tidak ada penundaan pertandingan dalam kasusnya, sehingga kemungkinan diterimanya banding sangat kecil. Hal ini memperkuat alasan bahwa Thijs Dallinga tidak eligible Timnas Indonesia.
Dengan berbagai kendala tersebut—mulai dari tidak adanya pengakuan darah keturunan, hingga terhalang regulasi FIFA—maka proses naturalisasi Thijs Dallinga kemungkinan besar tidak dapat dilanjutkan.
Publik diminta untuk tidak terlalu berharap tinggi karena proses ini membutuhkan dasar hukum dan prosedur internasional yang ketat.
Apalagi, pengalaman PSSI sebelumnya menunjukkan bahwa pengajuan banding pun belum tentu diterima, terlebih jika tidak didukung oleh fakta-fakta yang kuat sebagaimana yang terjadi dalam kasus Dallinga.