6 Untung-Rugi PSSI All-in untuk Timnas Indonesia Abaikan Kompetisi

Galih Prasetyo Suara.Com
Senin, 04 Agustus 2025 | 14:31 WIB
6 Untung-Rugi PSSI All-in untuk Timnas Indonesia Abaikan Kompetisi
6 Untung-Rugi PSSI All-in untuk Timnas Indonesia Abaikan Liga [Instagram Patrick Kluivert]

Suara.com - Di bawah kepemimpinan Erick Thohir, PSSI menunjukkan fokus tajam pada Timnas Indonesia, dengan target ambisius menembus Piala Dunia.

“PSSI fokusnya tim nasional. Jadi kalau orang mau bicara, ‘Oh PSSI tidak mau bertanggung jawab dengan liga’. Ya biarin aja. Kan mindset kita boleh berbeda,” ujar Erick.

Keputusan ini, meski membawa harapan besar, memicu perdebatan: apakah mengutamakan Timnas di atas Liga Indonesia adalah langkah cerdas atau justru mengorbankan fondasi sepak bola nasional?

Berikut enam untung dan rugi dari strategi PSSI ini, yang menjadi cermin bagi masa depan sepak bola Tanah Air.

Selebrasi Timnas Indonesia U-23 usai menangi dramatisnya adu penalti lawan Thailand. (kitagaruda.id)
Selebrasi Timnas Indonesia U-23 usai menangi dramatisnya adu penalti lawan Thailand. (kitagaruda.id)

Keuntungan:

Citra Internasional Meningkat

Fokus pada Timnas telah membawa Indonesia ke panggung dunia. Laga uji coba melawan Argentina pada 2023, meski berakhir kekalahan, menjadi sorotan global, memperkenalkan nama Indonesia sebagai pemain serius di kancah internasional.

Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni menyebut laga ini sebagai sarana promosi besar, menutup luka gagalnya Piala Dunia U-20.

Peningkatan Peringkat FIFA

Baca Juga: Jay Idzes Cs Main di Surabaya, Bagaimana Nasib Persebaya? Ini Penjelasan Resminya

Timnas Indonesia kini berada di peringkat 130 dunia per Juli 2025, lompatan signifikan dari era sebelumnya.

Naturalisasi pemain seperti Jay Idzes dan Thom Haye, ditambah strategi pelatih seperti Patrick Kluivert, memperkuat performa di kualifikasi Piala Dunia. Kemenangan 1-0 atas Bahrain pada Maret 2025 adalah bukti nyata.

Daya Tarik Sponsor dan Pendapatan

Popularitas Timnas menarik sponsor besar, baik lokal maupun internasional. Stadion penuh sesak, seperti saat laga melawan Australia dengan 70.059 penonton, menghasilkan pendapatan tiket dan merchandise yang signifikan. Ini menjadi modal finansial untuk pengembangan Timnas.

Peluncuran BRI Super League 2025/2026 (Dok. Super League).
Peluncuran BRI Super League 2025/2026 (Dok. Super League).

Kerugian:

Liga Indonesia Terabaikan

Fokus berlebih pada Timnas membuat Liga 1, tulang punggung sepak bola nasional, kurang mendapat perhatian.

Masalah klasik seperti kepemimpinan wasit, mafia pertandingan, dan finansial klub masih menghantui.

Pada 2020, PSSI baru menemukan formula Liga 1 yang stabil, namun isu seperti gaji telat dan profesionalisme tetap ada.

Mental Pemain Lokal Tertekan

Uji coba melawan tim kelas dunia seperti Argentina sering kali menunjukkan jurang kualitas.

Mohamad Kusnaeni menilai perbedaan level ini bisa mengganggu mental pemain lokal, terutama jika kekalahan telak terjadi. Hal ini juga menyulitkan pelatih untuk bereksperimen taktik, mengurangi manfaat teknis.

Suporter Kurang Teredukasi

Fokus pada Timnas juga memperlihatkan kelemahan dalam edukasi suporter.

FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI berupa denda Rp400 juta dan pengurangan jatah penonton 15% untuk laga melawan China karena insiden diskriminasi saat laga kontra Bahrain.

Akmal Marhali dari Save Our Soccer menyebut ini sebagai tamparan keras, menunjukkan PSSI belum maksimal membina suporter melalui Departemen Pemberdayaan Suporter dan Fan Engagement.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI