Suara.com - Dunia sepak bola Indonesia akan segera memasuki babak baru yang signifikan. Kompetisi kasta tertinggi yang selama ini dikenal dengan nama Liga 1 akan bertransformasi pada tahun 2025.
Mengusung nama baru, BRI Super League, perubahan ini menandai langkah strategis PSSI untuk terus meningkatkan kualitas dan profesionalisme liga domestik.
Era baru ini diharapkan membawa angin segar bagi klub, pemain, dan tentunya para penggemar sepak bola di tanah air.
Untuk memahami arti penting dari perubahan ini, ada baiknya kita menengok kembali perjalanan panjang kompetisi sepak bola di Indonesia.

Sejarahnya penuh dengan dinamika, perubahan format, hingga dualisme yang pernah melanda.
Jauh sebelum era profesional modern, Indonesia memiliki dua kompetisi besar yang berjalan secara terpisah.
Keduanya adalah Perserikatan dan Galatama, yang masing-masing memiliki karakteristik dan basis penggemar yang unik.
Perserikatan, yang telah dimulai sejak tahun 1931, merupakan sebuah liga amatir yang sangat populer.
Kompetisi ini diikuti oleh klub-klub yang mewakili asosiasi sepak bola daerah dan kental dengan nuansa fanatisme kedaerahan.
Baca Juga: Jadwal Pertandingan BRI Super League 8 Agustus 2025: Siapa Unggul di Laga Pembuka?
Di sisi lain, Galatama lahir pada tahun 1979 sebagai kompetisi yang bersifat semi-profesional.
Meski tidak sepopuler Perserikatan, Galatama menjadi wadah bagi klub-klub yang dikelola dengan pendekatan yang lebih modern pada masanya.
Menyadari perlunya menyatukan dua kekuatan ini, PSSI mengambil langkah bersejarah pada tahun 1994.
Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi satu kompetisi tunggal yang kemudian dikenal dengan nama Liga Indonesia, atau Ligina.
Penggabungan ini bertujuan untuk memadukan fanatisme yang menjadi ciri khas Perserikatan dengan profesionalisme yang diusung oleh Galatama.
Harapannya adalah untuk menciptakan sebuah kompetisi yang lebih berkualitas dan kompetitif secara nasional.
Edisi perdana Liga Indonesia musim 1994-1995 berhasil dimenangkan oleh Persib Bandung.
Keberhasilan ini menjadi tonggak awal dari era baru sepak bola Indonesia yang menyatukan seluruh kekuatan dari berbagai daerah.
Format awal Liga Indonesia mengadopsi elemen dari kedua kompetisi pendahulunya. Sistem babak grup seperti di Perserikatan digabungkan dengan putaran semifinal dan final yang biasa digunakan di Galatama.
Seiring berjalannya waktu, kompetisi terus berevolusi untuk mencapai standar profesionalisme yang lebih tinggi.
Tonggak perubahan berikutnya terjadi pada tahun 2008 dengan diluncurkannya Indonesia Super League (ISL).
ISL dirancang sebagai kompetisi profesional tingkat pertama dalam sistem liga sepak bola Indonesia.
Musim perdananya diikuti oleh 18 klub pendiri yang lolos verifikasi, menandai era modern kompetisi sepak bola tanah air.

Namun, perjalanan liga profesional tidak selalu mulus dan sempat diwarnai oleh konflik internal di tubuh PSSI.
Puncak dari permasalahan ini terjadi sekitar tahun 2011, yang kemudian melahirkan sebuah era yang dikenal sebagai dualisme kompetisi.
Konflik ini menyebabkan terpecahnya kompetisi menjadi dua liga terpisah yang sama-sama mengklaim sebagai yang paling sah.
Ada Indonesia Super League (ISL) yang terus berjalan, dan muncul pula Liga Primer Indonesia (IPL) sebagai kompetisi tandingan.
Era dualisme ini menjadi salah satu periode paling kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Ketidakpastian dan perselisihan membuat kompetisi berjalan tidak kondusif dan membingungkan banyak pihak.
Setelah melalui kongres luar biasa PSSI pada Maret 2013, akhirnya dicapai kesepakatan untuk mengakhiri dualisme.
Indonesia Super League kembali ditetapkan sebagai satu-satunya kompetisi tingkat atas, dengan mengakomodasi beberapa tim terbaik dari IPL.
Tantangan belum berhenti sampai di situ, karena pada tahun 2015, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga membekukan kegiatan PSSI.
Akibatnya, FIFA menjatuhkan sanksi suspensi kepada Indonesia dari semua aktivitas sepak bola internasional.
Selama masa suspensi, kompetisi resmi terhenti dan kekosongan diisi oleh berbagai turnamen jangka pendek.
Turnamen-turnamen ini digelar untuk menjaga gairah sepak bola tetap hidup di tengah ketidakpastian.
![Prediksi mengejutkan datang dari akun Football VAR yang membagikan hasil proyeksi salah satu platform pengolahan AI, ChatGPT, mengenai juara FIFA Club World Cup hingga tahun 2069, dengan Persib Bandung disebut sebagai pemenang edisi 2049. [Dok. IG Persib]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/19/38137-persib-bandung-juara-liga-1.jpg)
Sanksi FIFA akhirnya dicabut pada Mei 2016, yang membuka jalan bagi PSSI untuk kembali menata kompetisi.
Setahun kemudian, pada 2017, kompetisi kasta tertinggi secara resmi diubah namanya menjadi Liga 1.
Perubahan nama menjadi Liga 1 juga diikuti dengan perubahan pada level di bawahnya, yaitu Divisi Utama menjadi Liga 2 dan Liga Nusantara menjadi Liga 3.
PT Liga Indonesia Baru (LIB) pun ditunjuk sebagai operator kompetisi yang baru.
Sejak saat itu, Liga 1 terus bergulir dengan berbagai dinamika, termasuk harus terhenti sementara pada musim 2020 akibat pandemi COVID-19.
Kompetisi kemudian dilanjutkan dengan sistem gelembung (bubble to bubble) pada musim 2021-2022 untuk beradaptasi dengan situasi.
Kini, menyongsong musim 2025, sebuah transformasi besar kembali dilakukan dengan mengubah nama kompetisi menjadi Liga Super.
Perubahan ini juga berlaku untuk Liga 2 yang akan berganti nama menjadi Kejuaraan.
Langkah *rebranding* ini diharapkan tidak hanya sekadar pergantian nama, tetapi juga membawa perbaikan menyeluruh dalam tata kelola liga.
Tujuannya adalah untuk menjadikan kompetisi sepak bola Indonesia lebih profesional, menarik, dan berdaya saing tinggi.
Kompetisi Liga Super akan tetap diikuti oleh 18 klub, dengan menggunakan sistem promosi dan degradasi.
Tiga tim terbawah di klasemen akhir akan turun kasta ke Kejuaraan, sementara tiga tim terbaik dari Kejuaraan akan promosi ke Liga Super.
Sepanjang sejarahnya sejak era Liga Indonesia tahun 1994, beberapa klub telah berhasil menorehkan nama mereka sebagai kekuatan dominan.
Klub-klub ini secara konsisten mampu bersaing di papan atas dan meraih gelar juara.
Persipura Jayapura dan Persib Bandung tercatat sebagai klub tersukses dengan koleksi empat gelar juara liga.
Persipura meraih kejayaan pada tahun 2005, 2008-09, 2010-11, dan 2013, menunjukkan dominasi mereka di era ISL.
Persib Bandung, sebagai juara edisi perdana pada 1994-95, kembali meraih trofi pada tahun 2014, 2023-24, dan 2024-25.
Gelar-gelar ini membuktikan status Persib sebagai salah satu raksasa sepak bola Indonesia.
Di bawah kedua klub tersebut, ada beberapa tim lain yang juga mengoleksi lebih dari satu gelar.
PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Bali United, Persik Kediri, dan Sriwijaya FC masing-masing telah mengoleksi dua gelar juara.
Era baru Liga Super 2025 menjadi panggung bagi semua klub, baik yang memiliki sejarah panjang maupun para pendatang baru.
Mereka semua akan berjuang untuk menjadi yang terbaik dan mengukir sejarah di era baru kompetisi sepak bola Indonesia.
Perjalanan panjang liga sepak bola Indonesia adalah cerminan dari semangat dan kecintaan masyarakat terhadap olahraga ini.
Setiap perubahan dan tantangan yang dilalui telah membentuk kompetisi menjadi seperti sekarang ini.
Dengan dimulainya era Liga Super, harapan besar disematkan pada masa depan sepak bola Indonesia.
Semoga transformasi ini membawa kompetisi ke level yang lebih tinggi, baik di level domestik maupun di kancah Asia.
Daftar Juara Liga Indonesia (1994-2025)
Musim Juara Runner-up
1994–95 Persib Bandung Petrokimia Putra
1995–96 Bandung Raya PSM Makassar
1996–97 Persebaya Bandung Raya
1998–99 PSIS Semarang Persebaya Surabaya
1999–2000 PSM Makassar Pupuk Kaltim
2001 Persija Jakarta PSM Makassar
2002 Petrokimia Putra Persita Tangerang
2003 Persik Kediri PSM Makassar
2004 Persebaya Surabaya PSM Makassar
2005 Persipura Jayapura Persija Jakarta
2006 Persik Kediri PSIS Semarang
2007–08 Sriwijaya PSMS Medan
2008–09 Persipura Persiwa Wamena
2009–10 Arema Indonesia Persipura Jayapura
2010–11 Persipura Arema Indonesia
2011–12 (ISL) Sriwijaya Persipura Jayapura
2011–12 (IPL) Semen Padang Persebaya 1927
2013 Persipura Jayapura Arema Cronus
2014 Persib Bandung Persipura Jayapura
2017 Bhayangkara Bali United
2018 Persija Jakarta PSM Makassar
2019 Bali United Persebaya Surabaya
2021–22 Bali United Persib Bandung
2022–23 PSM Makassar Persija Jakarta
2023–24 Persib Bandung Madura United
2024–25 Persib Bandung Dewa United