Suara.com - Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, akhirnya buka suara terkait seruan yang mendesak agar Israel dilarang tampil di kompetisi sepak bola internasional.
Desakan itu muncul di tengah perang berkepanjangan antara Israel dan Palestina di Gaza, yang telah merenggut lebih dari 80 ribu nyawa, termasuk 17 ribu anak-anak.
Isu ini menyeruak karena adanya perbandingan dengan langkah UEFA terhadap Rusia.
Pada 2022, ketika Rusia menginvasi Ukraina, UEFA bersama FIFA langsung menjatuhkan sanksi, melarang semua klub dan tim nasional Rusia tampil di kompetisi resmi. Hingga kini, larangan itu masih berlaku.
Namun, berbeda dengan Rusia, Israel tetap diizinkan berkompetisi.
![Logo UEFA [Instagram @uefa_official]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/07/66551-logo-uefa.jpg)
Juara Liga Israel, Maccabi Tel Aviv, bahkan dipastikan tampil di Liga Europa musim ini, satu grup dengan Aston Villa, Lyon, Dinamo Zagreb, dan tim-tim papan atas lainnya.
Seruan larangan terhadap Israel semakin kencang dalam beberapa bulan terakhir.
Asosiasi Pelatih Sepak Bola Italia (AIAC) bahkan mengirimkan surat terbuka yang meminta FIFA dan UEFA untuk menangguhkan Israel dari semua kompetisi internasional.
Surat itu ditulis jelang laga kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Italia dan Israel yang akan digelar di lokasi netral, Debrecen, Hungaria.
Baca Juga: UEFA Bungkam Soal Israel, Tapi Rusia Tetap Dihukum: Standar Ganda?
AIAC menegaskan bahwa melihat korban sipil yang terus berjatuhan, langkah tegas terhadap Israel menjadi sebuah “kewajiban moral”.
Selain itu, sejumlah aksi protes juga dilakukan.
Di laga terakhir Italia, puluhan suporter memilih membelakangi stadion ketika lagu kebangsaan Israel diputar.
Hal serupa juga terjadi pada pertandingan basket kursi roda antara Israel dan Inggris.
Meski tekanan publik meningkat, UEFA masih mempertahankan sikap membiarkan Israel bermain. Menurut Ceferin, atlet seharusnya tidak menjadi korban dari konflik geopolitik.
“Apa yang terjadi pada warga sipil di sana sungguh menyakitkan. Tapi saya bukan pendukung larangan terhadap atlet. Apa yang bisa dilakukan seorang pemain sepak bola terhadap kebijakan pemerintahnya? Tidak banyak,” ujar Ceferin dalam wawancara dengan Politico.