- Kemenangan Cristiano Ronaldo di Ballon d’Or 2013 masih menuai kontroversi
- Dugaan kejanggalan dalam voting semakin memperkeruh situasi, dengan beberapa pelatih timnas mengaku hasil resmi tidak sesuai dengan suara yang mereka berikan.
- Menjelang Ballon d’Or 2025, isu politik dalam penentuan pemenang kembali mencuat
Suara.com - Ballon d’Or selalu jadi ajang penuh gengsi, tapi juga tak pernah sepi dari kontroversi.
Publik sepak bola tentu masih ingat era dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo yang silih berganti merebut trofi individu paling bergengsi ini.
Namun, kemenangan Ronaldo pada 2013 hingga kini masih jadi salah satu momen paling diperdebatkan.
Musim itu, Ronaldo memang tampil buas dengan 55 gol, tetapi minim gelar bersama Real Madrid.
Sebaliknya, Franck Ribery baru saja membawa Bayern Munich meraih treble bersejarah—Bundesliga, DFB Pokal, dan Liga Champions.
![Stade Brest: Dari Ribery ke Liga Champions, Kini Sambut Hilgers [Tangkap layar X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/01/39146-franck-ribery.jpg)
Hasil voting ternyata sangat ketat: Ronaldo (27,99%), Messi (24,72%), dan Ribery (23,36%).
Di balik hasil tipis itu, muncul dugaan kejanggalan. Beberapa pelatih timnas, seperti Jorvan Vieira (Kuwait) dan Juan Carlos Buzzetti (Fiji), mengaku suara yang dipublikasikan tidak sesuai dengan yang mereka pilih.
Vieira bahkan menuding ada kecurangan setelah namanya dikaitkan dengan voting yang tak pernah ia berikan.
Hal serupa diungkapkan Gianni De Biasi (Albania) yang menolak klaim bahwa dirinya memberi lima poin untuk Zlatan Ibrahimovic.
Baca Juga: Ballon dOr 2025: Dembele atau Vitinha? PSG Bisa Pecah Suara, Lamine Siap Curi Panggung
Ribery sendiri sempat merasa kecewa.
“Saya sudah memenangi segalanya, sementara Ronaldo tidak meraih apa pun. Tapi yang lebih menyakitkan adalah politik yang terjadi. Bayern seharusnya dapat lebih banyak pengakuan,” ucapnya kala itu.
Kini, jelang malam penentuan Ballon d’Or 2025, cerita lama itu kembali ramai dibicarakan.
Paris Saint-Germain punya kandidat kuat lewat Ousmane Dembele, yang musim lalu membawa klub meraih Liga Champions pertama dalam sejarah.
Namun persaingan tak ringan, wonderkid Barcelona Lamine Yamal, Raphinha, hingga Mohamed Salah siap memberi kejutan.
Belajar dari pengalaman Ribery, publik menanti apakah kali ini faktor politik dan lobi kembali jadi penentu, ataukah Ballon d’Or benar-benar akan jatuh ke tangan pemain paling pantas.