Bisa Dicontoh Timnas Indonesia, Etos Kerja dan Stamina Pemain Jepang Dipuji Eks MU

Galih Prasetyo Suara.Com
Kamis, 06 November 2025 | 15:53 WIB
Bisa Dicontoh Timnas Indonesia, Etos Kerja dan Stamina Pemain Jepang Dipuji Eks MU
Starting Timnas Jepang saat melawan Timnas Indonesia. (Dok. JFA)
Baca 10 detik
  • Etos kerja dan disiplin tinggi pemain Jepang menjadi keunggulan utama
  • Budaya sepak bola Jepang sangat patuh terhadap instruksi, namun kurang dalam aspek kreativitas.
  • Ketahanan fisik dan pola hidup sehat membuat karier pemain Jepang lebih panjang.

Suara.com - Eks pemandu bakat Manchester United yang kini menjabat Direktur Teknik RKC Waalwijk, Bernard Schuiteman, mengungkap sejumlah hal menarik tentang Ayase Ueda dan pemain Jepang lainnya yang berkarier di Eredivisie.

Schuiteman membahas soal etos kerja, budaya disiplin, dan keunggulan fisik pemain asal Negeri Sakura yang membuat mereka berbeda dari pesepak bola Eropa.

“Ueda adalah pemain yang melakukan segalanya untuk mencapai level tertinggi. Jumlah larinya, sprint-nya, dan pergerakannya luar biasa. Ia juga semakin kuat secara fisik,"

"Tapi ia perlu mulai berhati-hati agar tidak terlalu memaksakan diri. Saya pikir ini belum versi terbaik dari dirinya,” ujar Schuiteman dilansir dari Sportnieuws.nl

Penyerang Feyenoord, Ayase Ueda. (Instagram/@bee18_official)
Penyerang Feyenoord, Ayase Ueda. (Instagram/@bee18_official)

Menurutnya, Ueda masih punya ruang besar untuk berkembang. “Dia akan makin matang kalau lebih sering tampil di level tertinggi seperti Liga Champions. Itu akan membuatnya lebih pintar dan percaya diri,” tambahnya.

Namun yang menarik, Schuiteman menilai bahwa usia bukan kendala utama bagi pemain Jepang.

“Ueda memang bukan 23 tahun, dia sudah 27. Tapi saya melihat pemain Jepang punya ketahanan fisik luar biasa. Mereka baru menurun di usia yang jauh lebih tua dibanding pemain Eropa,"

"Banyak dari mereka masih fit di usia 38 atau bahkan 40 tahun. Itu karena pola hidup dan kebiasaan makan mereka yang sangat teratur,” jelasnya.

Schuiteman juga menyinggung soal perbedaan besar antara budaya sepak bola Jepang dan Belanda.

Baca Juga: Kisah Tragis Junko Furuta, Remaja Jepang yang Menjadi Korban Kekerasan dan Pembunuhan

Ia mengatakan, pemain Jepang sangat patuh terhadap instruksi dan disiplin dalam berlatih.

“Di Jepang, kalau pelatih bilang: ‘kita latihan 40 menit menembak pakai kaki kiri dan kanan’, mereka akan melakukannya tanpa bertanya,"

"Karena itu, banyak pemain Jepang bisa menggunakan dua kaki dengan sama baiknya. Tapi di Belanda, pemain akan bertanya dulu, ‘kenapa harus begitu?’,” ujarnya sambil tersenyum.

Menurutnya, sifat patuh itu membawa kelebihan sekaligus kekurangan.

“Karena terlalu patuh, pemain Jepang jarang mempertanyakan alasan di balik latihan tertentu. Sedangkan pemain Belanda lebih kritis dan kreatif, mereka bisa memahami dan menafsirkan permainan dengan cara yang lebih bebas,” katanya.

Schuiteman, yang pernah bekerja di Urawa Red Diamonds, salah satu klub top Jepang, juga membagikan pengalamannya tentang gaya komunikasi di sana.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI