- Pemain Timnas Indonesia sepakat menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi utama untuk menyatukan tim beragam latar belakang.
- Kesepakatan ini bertujuan mencegah terbentuknya kelompok-kelompok kecil di tim dan menjaga kesetaraan antar anggota.
- Para pemain diaspora juga berupaya mempelajari Bahasa Indonesia sekaligus terhubung dengan suporter melalui media sosial.
Suara.com - Di balik performa Timnas Indonesia yang semakin solid, tersimpan sebuah rahasia di ruang ganti yang menjadi kunci kekompakan tim.
Bek andalan, Kevin Diks secara terbuka mengungkap adanya sebuah kesepakatan tak tertulis di antara para pemain untuk menjembatani keragaman latar belakang mereka.
Timnas Indonesia saat ini merupakan sebuah potret keberagaman yang unik. Skuad ini diisi oleh perpaduan antara pemain yang lahir dan besar di Tanah Air dengan para pemain diaspora yang tumbuh di berbagai negara Eropa seperti Belanda, Inggris, dan Italia.
Situasi ini secara alami menciptakan potensi adanya sekat bahasa. Untuk mengatasi hal tersebut dan memastikan seluruh tim melebur menjadi satu kesatuan, sebuah kesepakatan krusial pun dibuat.
Kevin Diks membeberkan bahwa para pemain sepakat untuk tidak menggunakan bahasa asal mereka, seperti Bahasa Belanda, dan memilih Bahasa Inggris sebagai jembatan komunikasi utama.
“Kami berbicara bahasa Inggris. Kami sepakat karena ada banyak pemain yang lahir di Indonesia, jadi mereka berbicara bahasa Indonesia, dan tentu saja kami juga memiliki kemampuan berbahasa Belanda," ungkap Kevin Diks dikutip dari Bundesliga.
Langkah ini diambil secara sadar untuk menghindari terbentuknya kelompok-kelompok kecil di dalam tim dan menjaga agar semua pemain merasa setara dan terhubung.
"Biasanya kami berbicara bahasa Belanda, tetapi kami sepakat untuk tidak melakukannya karena kami bersama dan harus melakukannya bersama-sama, kami bukan kelompok, atau semacamnya," imbuhnya lagi.
Lebih dari sekadar menggunakan bahasa perantara, Diks juga mengungkap adanya itikad baik dari para pemain diaspora untuk beradaptasi lebih jauh dengan kultur Indonesia.
Baca Juga: Pelatih Malaysia dan Vietnam Kompak Incar Kemenangan, Timnas Indonesia U-22 Diuntungkan
"Tapi saya pikir banyak pemain yang mencoba belajar bahasa Indonesia, jadi ini akan mempermudah segalanya," tambahnya lagi.
Dalam kesempatan yang sama, bek Borussia Monchengladbach ini juga memberikan pandangannya tentang fanatisme luar biasa dari para suporter.
Ia memahami betul bahwa hasrat dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap sepak bola adalah sesuatu yang istimewa.
“Anda harus mengerti bahwa di Indonesia ada begitu banyak orang dan mereka hidup dengan sepak bola, mereka mencintai sepak bola, dan cara termudah untuk terhubung dengan kami adalah melalui media sosial, karena kami tinggal sangat jauh," jelas Kevin Diks.
Karena itulah, ia dan para pemain diaspora lainnya berusaha untuk terus terhubung dengan para penggemar, tidak hanya melalui aksi di lapangan, tetapi juga dengan berbagi sisi lain dari kehidupan mereka.
"Banyak pemain tinggal dan bermain di Eropa, jadi salah satu cara untuk terhubung dengan orang-orang, seperti yang saya lakukan, adalah dengan menunjukkan kepada mereka sedikit hal di luar sepak bola dan bukan hanya sepak bola saja," pungkasnya.