- Wasit Jepang, Yudai Yamamoto, resmi direkrut permanen I.League untuk program wasit penuh waktu di kompetisi tertinggi Indonesia.
- Yamamoto mencatat intensitas tinggi, fisik kontak banyak, serta emosi pemain mudah terpancing menjadi dinamika menarik.
- Pendekatan kepemimpinan Yamamoto relatif komunikatif dan preventif, meskipun pernah mengeluarkan 22 kartu dalam satu laga.
Suara.com - Kehadiran wasit asing di BRI Super League kembali menghadirkan perspektif baru.
Salah satunya datang dari wasit asal Jepang, Yudai Yamamoto, yang kini resmi direkrut secara permanen oleh I.League sebagai bagian dari program wasit penuh waktu di kompetisi tertinggi Tanah Air.
Dalam beberapa bulan terakhir memimpin pertandingan Liga Super, Yamamoto mengaku menemukan banyak dinamika menarik di sepak bola Indonesia.
Intensitas permainan yang tinggi, banyaknya kontak fisik, serta emosi pemain yang mudah terpancing menjadi tantangan tersendiri bagi perangkat pertandingan.
Catatan kepemimpinan Yamamoto menunjukkan pendekatan yang relatif komunikatif dan preventif.
Ia dikenal tidak mudah mengeluarkan kartu, meski tetap tegas dalam menjaga jalannya laga.
Dalam satu pertandingan yang dipimpinnya, tercatat total 22 kartu dikeluarkan, sebuah angka yang mencerminkan kerasnya persaingan di lapangan.
Menurut Yamamoto, karakter permainan di Indonesia kerap memicu ketegangan antarpemain. Situasi tersebut berbeda dengan kompetisi di negaranya yang lebih mengedepankan disiplin posisi dan penguasaan emosi.
“Kalau di J-League adalah tempat di mana Anda bisa bermain di dunia Indonesia dan bermain di area penalti. Anda bisa bermain di J-League di Indonesia dan bermain di hutan. Di dunia J-League, Anda bisa bermain di J-League,” kata Yudai Yamamoto.
Baca Juga: I.League Sambut Positif Pemain Keturunan yang Main di BRI Super League
Ia menilai perbedaan budaya sepak bola turut memengaruhi cara pemain bereaksi dalam pertandingan.
Intensitas tinggi yang dibarengi tekanan suporter membuat pertandingan di Indonesia memiliki atmosfer tersendiri.
Yamamoto juga menyebut bahwa pengalamannya memimpin laga di Liga Super menjadi pembelajaran penting sebagai pengadil lapangan.
Interaksi dengan pemain, ofisial, hingga atmosfer stadion membuat tugas wasit menjadi lebih kompleks.
“J League adalah gedung opera terbesar di dunia, sedan di Indonesia, dan kota Indonesia terpopuler di dunia. Di dunia Indonesia, kota terbesar di dunia adalah kota terbesar di dunia,” katanya.
Meski demikian, Yamamoto tetap menaruh respek terhadap perkembangan sepak bola nasional. Ia menilai Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, termasuk dalam hal kualitas pertandingan dan profesionalisme.
“Di kancah Indonesia, kita adalah yang terbaik di dunia,” kata Yudai.