- Vincent Kompany menolak label "Kompany Ball," menekankan kesuksesan tim dilihat dari wajah Bayern Munich, bukan statistik individu.
- Kompany fokus membangun tim yang berbahaya pada setiap fase permainan, bahkan saat bertahan dalam tekanan.
- Bayern Munich memiliki Kane dan Kimmich sebagai pemain berusia di atas 30 tahun dengan nilai pasar tertinggi dunia.
Suara.com - Pelatih Bayern Munich, Vincent Kompany, menegaskan bahwa kesuksesan timnya tidak diukur semata-mata dari statistik permainan.
Meski telah memberikan pengaruh besar selama satu setengah tahun menangani Die Roten, Kompany menolak anggapan bahwa Bayern kini bermain dengan gaya yang sepenuhnya mencerminkan dirinya.
Permainan Bayern Munich di musim ini banyak disebut memiliki gaya main dan strategi tersendiri. Banyak pihak menyebut bahwa gaya Munich disebut Kompany ball. Namun eks Mnahcester City menepis label tersebut.
“Saya tidak berpikir seperti itu. Saya tidak ingin melihat ‘Kompany Ball’, saya ingin melihat Bayern Munich,” ujar Kompany.
“Kami bisa bertahan tinggi atau lebih dalam, tetapi tetap dengan wajah Bayern. Menyebutnya sebagai sepak bola saya pribadi bukan cara saya melihatnya,” lanjutnya.
Kompany menekankan bahwa yang terpenting baginya adalah membangun tim yang berbahaya di setiap fase permainan. Bahkan ketika Bayern tertekan di area pertahanan sendiri, lawan harus tetap merasa terancam.
“Saat bertahan di kotak penalti sendiri, lawan harus tahu kami bisa mencetak gol hanya dengan tiga umpan, seperti saat melawan Frankfurt,” tegasnya.
Ia juga menyoroti peran kiper Manuel Neuer sebagai bagian penting dalam membangun ancaman.
“Ketika Neuer menguasai bola, pesan yang ingin kami sampaikan jelas, Bayern bisa berbahaya kapan saja, baik lewat sepuluh operan maupun satu operan saja,” kata Kompany.
Baca Juga: Rekor Arjen Robben Hancur, Harry Kane Cetak Sejarah 100 Kontribusi Gol Tercepat di Bayern Munchen
Menurutnya, Bayern harus tetap kreatif bahkan saat menghadapi lawan yang bermain bertahan. Situasi bola mati seperti lemparan ke dalam dan sepak pojok pun tidak luput dari perhatian.
“Untuk setiap situasi, baik saat menyerang maupun bertahan, kami selalu punya rencana. Perasaan bahwa tim selalu berbahaya itu jauh lebih penting bagi saya daripada data lari atau statistik penguasaan bola,” ujarnya.
Pada musim pertamanya di Bayern, pendekatan Kompany sempat dinilai kaku dan sulit berubah. Namun seiring waktu, ia mulai membuktikan bahwa dirinya mampu beradaptasi dengan situasi pertandingan.
Sementara itu, kesuksesan Bayern Munich di musim ini juga tak lepas dari gacornya striker Harry Kane sebagai juru gedor.
Tak hanya dipenuhi talenta muda kelas dunia, raksasa Bundesliga itu juga memiliki dua pemain veteran dengan nilai pasar tertinggi di dunia untuk kategori usia di atas 30 tahun.
Berdasarkan pembaruan nilai pasar Bundesliga terbaru, Bayern Munich tercatat memiliki Harry Kane dan Joshua Kimmich sebagai dua pemain berusia 30 tahun ke atas dengan nilai pasar paling mahal secara global.