- Real Madrid menang 2-0 atas Sevilla, menjaga peluang LaLiga, namun pelatih Xabi Alonso tetap tertekan.
- Alonso dinilai tidak mendapat dukungan penuh dari manajemen dan sebagian pemain internal klub meskipun mendapat dukungan publik.
- Tekanan ini diperparah oleh anggapan bahwa pelatih telah kehilangan kepercayaan dan rasa aman di dalam klub.
Suara.com - Real Madrid meraih kemenangan penting 2-0 atas Sevilla FC di Santiago Bernabéu pada akhir pekan lalu.
Tiga poin tersebut menjaga asa Los Blancos dalam perburuan gelar LaLiga. Namun di balik hasil positif itu, posisi pelatih Xabi Alonso justru disebut kian tertekan.
Meski tim menang, situasi internal Real Madrid disebut belum sepenuhnya kondusif bagi Alonso.
Pelatih asal Spanyol itu dinilai tidak mendapatkan dukungan penuh, baik dari manajemen klub maupun sebagian pemain di ruang ganti.
Para suporter Real Madrid menyadari tekanan yang dihadapi Alonso.
Sebelum laga melawan Sevilla, publik Bernabéu memberikan tepuk tangan meriah kepada sang pelatih sebagai bentuk dukungan moral. '
Aplaus tersebut kontras dengan suasana di level internal klub yang disebut masih penuh tanda tanya.
Dalam program El Larguero di Cadena SER, mantan pemain Athletic Bilbao, Rafa Alkorta, angkat bicara membela Xabi Alonso.
Ia menilai tidak adil jika setiap hasil negatif langsung dihubungkan dengan ancaman pemecatan pelatih.
Baca Juga: Vinicius Junior Bikin Real Madrid Serba Dilema: Performa Menurun, Gaji Fantastis Diminta
“Saya sulit memahami mengapa setiap kali Madrid tidak menang, posisi pelatih langsung dipertanyakan. Klub sebesar Real Madrid seharusnya tidak bekerja dalam tekanan seperti ini,” ujar Alkorta.
Namun, situasi yang dihadapi Alonso dinilai lebih kompleks.
Menurut pengamat, sang pelatih telah kehilangan jaring pengaman, istilah untuk menggambarkan minimnya rasa aman dan kepercayaan dari internal klub.
Hal ini terlihat dari bahasa tubuh Alonso yang disebut semakin gelisah, baik saat berada di pinggir lapangan maupun ketika menghadapi media.
Komentator Raúl Ruiz dan Yago de Vega sepakat bahwa tekanan tersebut berdampak nyata.
Yago bahkan menegaskan bahwa yang paling berat bagi seorang pelatih bukanlah kritik media, melainkan perasaan tidak didukung oleh orang-orang di dalam klub.