Suara.com - Sejumlah elemen masyarakat menggelar aksi 'Bersihkan DPR', Selasa (8/12/2015). Aksi ini untuk memperingati hari antikorupsi sedunia, besok, Rabu (9/12/2015).
Dalam kesempatan ini, Aktivis ICW Wanna Alamsyah meminta supaya pemberantasan korupsi tidak dilemahkan. Dia menilai, ada upaya pelemahan pemberantasan korupsi lewat revisi UU nomor 30/2002 tentang KPK.
"Kawan sekalian, ini bentuk keprihatinan apa yang terjadi di negeri ini, banyak upaya yang tidak mementingkan kepentingan rakyat. Beberapa minggu lalu, revisi UU KPK. Jika melihat dari draf sebelumnya, ini bentuk melemahkan KPK," kata Wanna saat berorasi di depan Gedung DPR RI, Selasa (8/12)
Selain itu, dia juga menyoroti soal pelaksanaan sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) terhadap kasus Ketua DPR Setya Novanto. Apalagi, agenda pemeriksaan Setya dilakukan tertutup, yang dua sidang sebelumnya digelar secara terbuka.
"Apa yang terjadi kemarin, kita tidak bisa menyaksikan sidang Setya Novanto karena tertutup, padahal rakyat meminta terbuka," ujar Wanna.
Di tempat yang sama, Perwakilan Perempuan Antikorupsi Tri Mumpuni membacakan sembilan butir pernyataan sikap. Salah satunya adalah soal Ketua DPR Setya Novanto yang dianggap memiliki teladan yang buruk, miskin integritas, etika dan tidak layak jadi panutan.
"Karena itu, kita menuntut kepada Setya Novanto agar segera minta maaf kepada rakyat Indonesia dan mundur sebagai bentuk tanggung jawab," ucap Tri.
Dalam acara ini, selain melakukan orasi, juga melakukan pembentangan spanduk ukuran besar yang bertuliskan, "Selamat Hari Antikorupsi, Terimakasi Atas Kerjasama".
Dalam aksi juga dilakukan pembacaan puisi dan penampilan dari grup musik Efek Rumah Kaca yang membawakan dua buah lagu, yakni Mosi Tidak Percaya dan Di Udara.
Ditemui usai aksi, vokalis Cholil Mahmud menyoroti tindakan MKD dalam penanganan kasus Ketua DPR Setya Novanto. Menurutnya, MKD sudah tidak lagi transparan dalam penanganan kasus ini.
"Bila ada delik hukum pidana korupsi, lebih baik dibawa ke ranah hukum. Biar hukum yang menjerat," kata Cholil.
Senada, Bagus Sudibyo sang drummer mengatakan, saat ini rakyat mulai geram dalam tindakan Setya. Karenanya, banyak elemen masyarakat yang meminta politisi Golkar itu mundur.
"Itu sudah ada yang bilang kalau rekaman itu asli. Bila dia (Setya) tidak mau mundur solusi terakhir adalah bunuh diri seperti di Jepang (Harakiri)," kata Akbar.