Sebenarnya lentera timur itu bukan identik dengan kiri ya. Tetapi lebih kepada masalah budaya. Soal Masyarakatnya kenapa meninggalkan masyarakatnya yang dulu. Itu yang diangkat, kalau Martin mengantarkan ke Lentera Timur karena temanya menarik. Kalau saya sendiri nggak ada urusan mau dibawa kemana. Silahkan saja, Lentera timur, barat, dan hitam nggak peduli. Bang Martin kenapa saya sangat dekat sekali, karena saya nongkrong di taman Ismail Marzuki, dan kebetulan sering lihat pementasan teater karya saya. Dan juga saya hadir juga di acara Meja Budaya yang digagas beliau. Yang paling penting kami sama-sama orang Tanjung Balai, nah itulah yang membuat kita ketemu. Ada tulisan coba abang baca, ya silahkan. Dan saya sangat jauh dari pikiran Kanan, Kiri.
Berapa cerpen yang sudah Anda buat?
Saya nggak itung, kayaknya lebih dari sepuluh. Kenapa nggak dipublish, karena memang untuk konsumsi pribadi. Tapi kalau ada buat film, berani berapa.
Anda puas hanya bikin tapi tidak dipublish?
Ya mungkin karena saya seniman kali ya. Tulisan itukan soal salah satu penyalur energi yang tercurahkan. Tulisan buat saya itu adalah untuk mengurangi isi kepala saya yang menumpuk. Setidaknya mengurangilah, biar nggak meledak kepala saya.
Tapi pernah disebar ke teman-teman?
Ya pastilah, saya kasih ke seniman-seniman di TIM. Dan itu banyak dicorat coret. Ini tulisan apa coba, dikoreksi terus. Itu saya kasih puluhan kali sampai akhirnya nggak dicoret lagi. Malah saya sampai disuruh baca buku SD, pelajari sintaksis karena di SD lebih oke. Saya ya baca, biar hasilnya memuaskan.
Biasanya berapa lama untuk menghasilkan karya?
Kan saya bilang tadi penuh pengendapan kan. Sebulan tulis, tinggal sebulan lagi. Pas dicek, sial kok ancur banget ternyata. Tulis ulang lagi, dibikin lebih menarik. Tapi benang merah nggak pernah berubahlah.
Baca Juga: Di-bully Fans BTS, Cinta Kuya Mogok Sekolah 2 Hari
Tema semua cerpennya sama?
Ya arahnya ke soal humanisme aja sih, cuma nggak dibikin seragam. Ada soal cinta, dan itu semua saya berdasarkan pengalaman.
Sudah ada berapa koleksi buku Anda?
Kalau buku sudah terlalu banyak di rumah, belum sempet dibaca semua. Cuma menurut saya, apa yang saya baca itu mengikuti apa yang saya lihat dan rasakan. Semua tergantung kebutuhan.
Koleksi saya kebanyakan ideologi lebih menarik buat saya soal eksistensialisme.