Sementara itu, kata-kara kasar yang dilontarkan oleh Gus Miftah ini juga memberi pelajaran untuk dirinya sendiri agar lebih bisa mengontrol ucapan dan sikapnya.
"Kalimat yang terucap membawa pada kebencian, semoga ada penyesalan dan tak terulang serta membawa diri pada muhasabah yang panjang," katanya.
Karena itu, Umi Pipik berharap kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi semua orang bahwa tingginya ilmu seseorang tak bisa diukur hanya dari pakaiannya saja.
Sebab, Umi Pipik memiliki keyakinan bahwa penilaian Allah teehadap umatnya berbeda dengan manusia biasa dan tidak berdasarkan pakaian maupun status sosialnya.
"Dihadapan manusia mungkin seseorang dipandang istimewa. Tapi, bisa jadi di hadapan Allah dia terlihat biasa saja. Tapi, ada orang yang dipandang manusia dia biasa saja bisa jadi di hadapan Allah dia orang yang luar biasa istimewa," jelasnya.
Terakhir, istri mendiang Uje mengatakan dirinya sengajak menghampiri Sungaji setelah mengisi kajian. Pada pertemuannya dengan penjual es teh tersebut, Umi Pipik mendapat banyak pelajaran mengenai indahnya ilmu Ikhlas.
"Saya diantar oleh kakak saya untuk menuju ke Magelang, tempat bapak Sungaji tinggal. Banyak makna yang tersirat dari percakapan saya, indahnya ilmu ikhlas. Karena ikhlas adanya di hati bukan di lisan. Hati yang mudah memaafkan dan tak ada pengharapan kepada makhluk," jelasnya.