“Yang memakai istilah orkes tersebut (ada dua), yaitu Orkes Keroncong dan Orkes Melayu. Kenapa (pertunjukan) gamelan tidak menggunakan sebutan Orkes? Karena istilah Orkes itu digunakan untuk menandai bahwa mereka menggunakan alat musik non tradisional, tetapi cara memainkannya tidak seperti orang Eropa (dalam orkestra) maka disebut dengan Orkes Melayu,” jelas Lono Simatupang.
Bertolak dari sana, penggunaan alat musik dalam OM Lorenza menjadi sebuah karakteristik.
Terutama di tengah masifnya inovasi di dunia musik tanah air, baik melalui ajang pencarian bakat maupun TikTok.
Lalu, OM Lorenza hadir dengan cukup dominan, di tengah perjuangan dan teriakan masyarakat kepada pemerintah Indonesia.
Bukan memajang diri di acara televisi, OM Lorenza terjun ke sendi-sendi masyarakat kecil dan menawarkan pelipur lara yang bermakna meski sederhana.
Sesekali, pemangku jabatan di desa hingga kabupaten turut memeriahkan.
Sesekali pula, OM Lorenza mengisi acara festival alih-alih panggung terbuka.
Namun Lorenza lebih identik dengan acara merakyat, membumi, dan tentunya tanpa menjilat.
Dirangkum oleh Suara.com, ada empat daya tarik OM Lorenza, grup musik yang berhasil menyegarkan media sosial selama beberapa waktu terakhir ini.
Baca Juga: PlayStation: The Concert, Konser Musik Game Ikonik Epik!
Dimulai dari pilihan lagu yang dibawakan hingga alat musik yang digunakan sembari menghibur penonton.
1. Dangdut Tapi Lawas

OM Lorenza sejatinya lahir lebih lama dari viralnya video mereka di media sosial.
Viral pada pembuka 2025, OM Lorenza sudah didirikan oleh Budi Aeromax sejak 2007 lalu.
Tidak tepat bila kemudian popularitas OM Lorenza disandingkan dengan Tiara Andini maupun Mahalini, musisi jebolan Indonesian Idol.
Ataupun grup musik Dewa Dewi yang didirikan oleh Ahmad Dhani pada tahun yang sama.