
Relasi cinta segitiga ini menjadi sorotan utama, membaur sempurna dengan isu nasionalisme dan pengkhianatan. Mouly Surya menyajikan ketegangan personal ini secara elegan dan tajam, tanpa kehilangan konteks sejarah yang melingkupinya.
Sentuhan Internasional dalam Produksi
Perang Kota merupakan proyek kolaboratif lintas negara. Selain Indonesia, film ini melibatkan rumah produksi dari Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina, hingga Kamboja.
Dengan partisipasi produser-produser ternama seperti Anthony Chen dan Isabelle Glachant, serta didukung teknologi suara Dolby Atmos dan studio foley top dunia Yellow Cab, kualitas produksinya berada di tingkat internasional.
Produser Rama Adi menyebut kerja sama global ini membawa manfaat besar—tidak hanya dalam aspek teknis, tetapi juga sebagai ajang pertukaran pengetahuan antara kru film lokal dan mancanegara.
Bagi Starvision, keterlibatan dalam proyek ini merupakan langkah mendukung eksplorasi tema-tema sejarah yang jarang disentuh dalam film Indonesia.
"Starvision selalu percaya dengan visi yang dibawa oleh sineas dengan daya eksplorasi terhadap penceritaan yang menawarkan perspektif baru dalam sinema Indonesia," kata produser Chand Parwez Servia dari Starvision.

"Mouly Surya memberikan kita sebuah karya yang akan memantik kemungkinan-kemungkinan baru yang jarang diceritakan lewat film ini," tambahnya.
Mouly Surya dinilai berhasil menghadirkan cerita yang kompleks dengan perspektif segar, menjadikan Perang Kota bukan sekadar drama sejarah, melainkan refleksi sosial dan emosional yang relevan hingga hari ini.
Baca Juga: Heart and Soul Live in Jakarta 2025: Satu Konser Bisa Nonton Raisa, All-4-One dan Brian Mcknight
Menurut Chicco Jerikho, karakter Isa memiliki kompleksitas tinggi—dari sisi psikologis hingga perannya sebagai pejuang. Ariel Tatum juga menegaskan bahwa Fatimah bukan sekadar sosok antagonis, melainkan representasi perempuan tangguh yang mencoba bertahan dalam tekanan zaman.