Suara.com - Cinta Laura bergabung dalam kelompok yang menentang keras penambangan nikel di wilayah Raja Ampat, Papua.
Setelah mengunggah pernyataan penuh kritik ke pemerintah atas penambangan nikel di Raja Ampat, Cinta Laura menampilkan ratapan anak Papua yang lingkungan tinggalnya terdampak.
Video berjudul Apakah Tuhan Masih di Sini itu menampilkan sosok anak kecil yang mempertanyakan bagaimana bisa izin tambang terbit di tanah adat mereka.
"Kami tak mengerti, mengapa tambang boleh masuk ke tanah adat, ke tempat yang disucikan oleh leluhur kami," kata anak tersebut.
Anak dalam video juga mempertanyakan, apakah kemajuan sebuah negara di masa depan sepadan dengan kerusakan yang ditimbulkan di era sekarang.
![Unggahan Cinta Laura soal Papua [Instagram/@claurakiehl]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/06/09/45794-unggahan-cinta-laura-soal-papua-instagramatclaurakiehl.jpg)
"Mereka katakan itu sah, mereka katakan itu demi masa depan. Tapi, apakah masa depan harus dibangun di atas kehancuran masa kini?" tanyanya.
Dikisahkan juga oleh sang anak, bagaimana penduduk di wilayah tambang melihat sendiri bagaimana dampak kerusakan lingkungan yang mulai muncul.
"Kami melihat sendiri bagaimana pohon ditebang, air berubah hitam, langit berubah berdebu," keluh anak tersebut.
Cerita kerusakan alam Raja Ampat sendiri pertama dibagikan oleh organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace, lewat sebuah unggahan di akun Instagram mereka baru-baru ini.
Baca Juga: Berkunjung ke IKN, Daniel Mananta Diminta Suarakan 'Save Raja Ampat'
"The Last Paradise. Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan, hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah," keluh Greenpeace dalam keterangan unggahannya.
Sebelum masuk ke Raja Ampat, pertambangan nikel yang jadi bagian program hilirisasi disebut Greenpeace sudah meninggalkan kerusakan di berbagai tempat.
"Hilirisasi nikel, yang digadang-gadang sebagai jalan menuju energi bersih, telah meninggalkan jejak kehancuran di berbagai tempat, dari Sulawesi hingga Maluku," papar Greenpeace.
Ada andil PT Antam di balik praktek pertambangan nikel yang menimbulkan kerusakan alam di wilayah Raja Ampat.
Dengan demikian, Greenpeace menuntut pemerintah mengambil sikap untuk mencegah kerusakan alam lebih parah di Raja Ampat.
"Pemerintah harus bertanggung jawab atas kehancuran alam yang semakin hari semakin marak terjadi," tegas Greenpeace.