"Kita jujur-jujuran saja nih ya. Lagu itu ciptaan ayahmu untuk bunda. Itu baru satu yang diketahui publik" beber Ari dalam sebuah video berbincang dengan Dul.
Lagu ini menangkap esensi kerinduan dan kekaguman seorang Dhani muda pada sosok Maia.

2. Cukup Siti Nurbaya
Di balik irama yang menghentak dan lirik yang tegas dari lagu "Cukup Siti Nurbaya", tersimpan sebuah fragmen penting dari kisah cinta Ahmad Dhani dan Maia Estianty.
Lagu yang menjadi salah satu hits dari album Terbaik Terbaik (1995) milik Dewa 19 ini ternyata merupakan curahan hati dan bentuk protes Ahmad Dhani terhadap orang tua Maia Estianty.
Judul "Cukup Siti Nurbaya" menjadi sebuah metafora yang kuat. Ahmad Dhani memposisikan dirinya sebagai sosok pemuda yang cintanya terhalang oleh restu orang tua, layaknya cerita dalam novel klasik "Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai" karya Marah Rusli.
Lagu ini menjadi bukti bagaimana Ahmad Dhani mampu menyalurkan gejolak dan pengalaman pribadinya ke dalam karya musik yang tak lekang oleh waktu.
Ironisnya, setelah pernikahan mereka berakhir, Maia Estianty sempat berkelakar bahwa seharusnya dulu ia mendengarkan nasihat ibunya.
3. Satu Hati
Baca Juga: Cuek Disentil Ahmad Dhani Soal Gibah dan Fitnah, Maia Estianty Asyik Nonton Konser Beyonce
Hubungan cinta tak selamanya berjalan mulus. Lagu "Satu Hati" dari album ikonik Terbaik Terbaik (1995) justru lahir dari sebuah konflik.
Lagu ini menjadi bukti bahwa pertengkaran dalam hubungan mereka justru menjadi pemantik kreativitas Dhani dalam merangkai nada dan lirik yang puitis.
"Nah, kalau Satu Hati itu tercipta saat ayahmu berantem dengan bundamu" celetuk Ari Lasso pada Dul.
Liriknya yang dalam seolah menjadi media bagi Dhani untuk meyakinkan Maia tentang kesungguhan hatinya di tengah perselisihan.
4. Aku di Sini Untukmu
Dari album Pandawa Lima (1997), "Aku di Sini Untukmu" menjadi lagu berikutnya yang didedikasikan Dhani untuk Maia.