Suara.com - Dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina terus menggema dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari kalangan musisi.
Di sejumlah panggung besar, para artis tak segan menyuarakan solidaritas terhadap penderitaan yang dialami warga Gaza.
Salah satu aksi paling mengejutkan terjadi baru-baru ini di ajang Glastonbury 2025, ketika Bob Vylan, duo punk asal Inggris, menyampaikan orasi tajam terkait situasi di Palestina.
Penampilan mereka di Worthy Farm pada 28 Juni 2025 sontak menjadi perbincangan hangat.
Tak hanya tampil dengan energi khas mereka, Bob Vylan juga menyelipkan pesan politik yang sangat kuat dan kontroversial.
Di hadapan ribuan penonton, mereka menyuarakan kecaman keras terhadap militer Israel atau yang dikenal dengan IDF dan mengkritik cara negara-negara besar menggambarkan konflik di Timur Tengah.

"Matilah, matilah IDF," ujar mereka lantang di atas panggung.
Seruan itu tentu memicu reaksi beragam. Sementara sebagian penonton memberikan tepuk tangan dukungan, tak sedikit pula yang mengecam keras pernyataan tersebut.
Di media sosial, aksi tersebut menjadi topik hangat dengan berbagai tanggapan pro dan kontra.
Baca Juga: Imbas Teriak 'Palestina Merdeka' di Glastonbury 2025, Bob Vylan Dicekal Masuk AS
Banyak yang memuji keberanian Bob Vylan, tapi ada juga yang menilai tindakan mereka terlalu ekstrem dan memicu kontroversi yang tak perlu.
Tak lama setelah kejadian di Glastonbury, konsekuensi pun datang. Bob Vylan yang semula dijadwalkan tampil sebagai salah satu penampil utama di RADAR Festival di Manchester, mendadak dibatalkan keikutsertaannya.
Festival yang akan digelar pada Sabtu, 5 Juli 2025, di Victoria Warehouse itu secara resmi menghapus nama mereka dari daftar penampil.
Dalam pernyataan singkat yang dikutip dari NME, pihak penyelenggara menyampaikan keputusan mereka tanpa penjelasan panjang.

"Bob Vylan takkan tampil di RADAR Festival akhir pekan ini," demikian bunyi unggahan singkat dari akun resmi RADAR Festival di media sosial.
Meski dicoret dari line-up, Bob Vylan tidak mundur dari sikapnya. Mereka dengan tegas menyatakan bahwa suara mereka untuk Palestina tidak akan dibungkam.
Melalui sebuah unggahan di media sosial, mereka menyampaikan pernyataan yang menyentuh, menunjukkan bahwa pencoretan itu tidak akan mengubah pendirian mereka.
"Diam bukan pilihan. Kami akan baik-baik saja, sementara rakyat Palestina terluka. Manchester, kami akan kembali," tulis mereka sambil menandai akun resmi RADAR Festival.
Bob Vylan memang dikenal sebagai kelompok musik yang vokal terhadap isu-isu sosial dan politik.
Sejak lama, mereka menggunakan panggung sebagai media untuk menyuarakan ketidakadilan, termasuk dalam hal ini tragedi kemanusiaan yang menimpa rakyat Palestina.
Ini bukan kali pertama mereka menyampaikan kritik keras terhadap negara-negara Barat dan media arus utama.
Dalam penampilan mereka sebelumnya, termasuk pada tahun 2023, Bob Vylan pernah mengecam sejumlah tokoh dan figur publik yang memilih bungkam ketika berbicara soal Palestina.
Menurut mereka, sikap diam adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemanusiaan.
Mereka juga mengkritik media-media besar seperti BBC dan pemerintah negara-negara Barat, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, yang dianggap tidak jujur dalam menggambarkan situasi di Gaza.
Sementara banyak pihak internasional, termasuk sejumlah lembaga PBB, menyebut aksi militer Israel sebagai bentuk genosida, media dan pemerintah Barat justru menggambarkannya sebagai “konflik” semata.

Bob Vylan tak sendiri dalam menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Sejumlah musisi dan seniman dari berbagai belahan dunia juga mulai angkat suara, memanfaatkan popularitas mereka untuk membuka mata publik terhadap penderitaan di Gaza.
Namun, tidak semua suara tersebut diterima baik. Sebagian besar harus menghadapi risiko pembatalan kontrak, pemboikotan, atau serangan balik dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan narasi tersebut.
Namun, bagi Bob Vylan, risiko itu tampaknya bukan alasan untuk berhenti. Mereka tetap melangkah, tetap bersuara, dan tetap berdiri di sisi yang menurut mereka benar.
Dan jika sejarah musik telah mengajarkan apa pun, suara dari panggung bisa menjadi senjata ampuh dalam perjuangan sosial.
Bagi mereka, musik adalah bentuk perlawanan dan kali ini, mereka memilih berdiri bersama Palestina.