![Slipknot dengan formasi baru [Instagram/slipknot]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/05/02/23410-slipknot-dengan-formasi-baru.jpg)
Kehadiran mereka terbukti mampu menarik puluhan ribu penonton dari Indonesia maupun mancanegara setiap tahunnya.
"Hammersonic akan terus tumbuh, berkembang dan berevolusi. Kami bukan hanya menyatukan antar lintas generasi, tapi menciptakan gelombang baru,” ujar Ravel Junardy.
Sejarah Hammersonic
Setiap tahun, puluhan ribu pencinta musik cadas dari seluruh dunia mengarahkan pandangan mereka ke Jakarta, Indonesia. Tujuannya satu: Hammersonic Festival, sebuah perhelatan akbar yang telah mengukuhkan dirinya sebagai festival musik metal dan rock terbesar di Asia Tenggara.
Namun, di balik panggung megah dan headliner kelas dunia, terdapat sebuah sejarah panjang tentang visi, konsistensi, dan evolusi yang membentuknya menjadi sebuah fenomena budaya.
Hammersonic lahir dari gagasan dan diskusi antara beberapa tokoh kunci di kancah musik cadas Indonesia. Ravel Junardy dari Ravel Entertainment, Stevie Item (gitaris Deadsquad dan Andra & The Backbone), serta mendiang Krisna J Sadrach (vokalis Sucker Head) memiliki mimpi yang sama: menyelenggarakan sebuah festival musik metal berskala internasional di Indonesia.
Mimpi tersebut terwujud pada 28 April 2012. Bertempat di Lapangan D Senayan, Jakarta, edisi perdana Hammersonic digelar dan langsung menjadi penanda sejarah baru. Dengan menghadirkan nama-nama internasional seperti Suffocation, Nile, dan Dirty Rotten Imbiciles (D.R.I.). Raksasa lokal seperti Burgerkill, Deadsquad, Seringai, dan Koil, festival ini sukses menyedot hingga 15.000 penonton.
Keberhasilan ini membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki kancah metal yang solid dan patut diperhitungkan.
Baca Juga: Digelar Bulan Depan, Svara Fest 2025 Bakal Hadirkan Tiara Andini Hingga Reuni Okin dan Onad