Suara.com - Penampilan Baskara Putra alias Hindia di festival "Ruang Bermusik 2025" mendapat penolakan dari sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Islam di Tasikmalaya.
Sebagai informasi, "Ruang Bermusik 2025" akan digelar di Lanud Wiriadinata Kota Tasikmalaya pada 19-20 Juli 2025.
"Ruang Bermusik 2025" menghadirkan Hindia, Maliq and D'Essentials, Nadin Amizah, Whisnu Santika, Lomba Sihir, Adnan Veron x HBRP, .Feast, dan Perunggu.
Dalam vidoe yang dibagikan akun Instagram @concertmusic_, seorang pria berpenampilan serba putih termasuk pecinya mendatangi Polres Tasikmalaya Kota bersama rekan-rekannya.
Laki-laki berpeci putih tersebut tidak terdengar secara langsung menyebut Hindia.
"Pilihlah band-band yang aman," ujarnya, meski suara yang terekam tidak terlalu jelas.
Barulah ketika laki-laki berpeci putih menyinggung patung dan simbol, protesnya jelas mengarah kepada Hindia.
"Panggung dan simbol tidak ada di beberapa Kota. Tapi branding-nya di YouTube kan enggak begitu," ucapnya.
Baca Juga: Baskara Putra Komentari Kasus 2 ASN yang Tewas Mengenaskan, Begini Katanya
Sebagaimana diketahui, Hindia sempat menjadi sorotan saat penampilannya jadi viral di TikTok pada 2023.
Terdapat sebuah patung yang berpose seperti Baphomet di panggung yang merekam penampian Hindia.
Baphomet adalah dewa berkepala kambing, bertanduk panjang, bertubuh manusia, bersayap malaikat, serta pose dua jari mengarah ke langit dan yang satu lagi ke bumi.

Patung tersebut merupakan simbol khas pemuja setan atau satanisme. Hal itulah yang menjadi kekhawatiran pria berpeci putih dan kawan-kawannya.
"Mohon maaf, 6.600 (orang) yang Anda katakan sudah beli tiket bisa jadi materinya yang dilihat di YouTube. Kan Anda enggak beri penjelasan. Baru ini Anda bicara," katanya.
"Apa Anda menyampaikan penjelasan itu sebelum (penonton) beli tiket? Nah, ini bahaya," imbuhnya.
Pembelaan penyelenggara acara bahwa Hindia hanya tampil selama 45 menit pun tidak membuat pendirian lelaki berpeci putih itu goyah.
Kekhawatiran penonton akan ricuh sambil mabuk-mabukan menyeret Kapolres yang jabatannya terancam.
"Tetapi 45 menit Anda jamin bahwa bersih dari peredaran miras? Yang mabok-mabokan? Anda jamin enggak? Urusan mabok kan bukan Anda yang capek. Pak Kapolres," imbuhnya.
"Ya mohon maaf nih. Kalau ada keributan, ada dampak negatif, jabatan Kapolres jaminannya. Kalau jabatan saya aman," sambungnya.
Kesalahan fatal penyelenggara acara ternyata adalah belum membuat perizinan, baik kepada ormas maupun kepolisian.
"Anda tidak menempuh perizinan. Itu salah besar. Maka bagi saya, kalau boleh berpendapat, lebih baik dibatalkan," katanya.
Berdasarkan informasi dari beberapa media lokal, ormas yang memprotes penampilan Hindia adalah Al-Mumtaz.
Namun dalam keterangannya, Ustaz Hilmi Afwan selaku Ketua Al Mumtaz menyebut ormas Islam MUI, Muhammadiyah, Persis, PUI, BKPRMI, DMI, Thaliban, FPI, Majelis Mujahidin, dan JAS juga menolak penampilan Hindia di Tasikmalaya.
Mereka melayangkan protes didampingi Yogi Yogaswara selaku Ketua tim advokasi Al Mumtaz.
Menanggapi protes tersebut, warganet menjelaskan bahwa penyelenggara konser belakangan ini sangat ketat merazia penonton sebelum masuk lokasi.
Sehingga kemungkinan penonton akan mabuk-mabukan sampai ricuh saat menikmati konser kini sangat kecil.
"Padahal kalau mau masuk venue ada proses pemeriksaan barang yang dibawa, bawa minuman dan makanan dari luar/parfum aja gak boleh, gimana ceritanya mau mabok," komentar akun @nicca***.
"Makanya pak jangan main tiktok, lihat patung dikit di atas panggung dikira Illuminati," sindir akun @diebwan***.
Baskara Putra alias Hindia pun telah mengklarifikasi patung dan simbol di panggungnya yang dikira aliran sesat.
"Saya tidak ada niatan untuk menghasut, mengajak, atau menyebarkan ajaran tertentu, lebih-lebih aliran 'satanis'. Karena semuanya merupakan konsep dan satu kesatuan estetika dari album dan konser LHAB," katanya kala itu.
Hindia adalah nama panggung dari Baskara Putra. Selain solois sebagai Hindia, Baskara Putra juga merupakan personel dari band .Feast dan Lomba Sihir.
Kontributor : Neressa Prahastiwi