Transformasi Sekolah Yuni Shara: Dari Iuran Rp3.500 Kini Diakui 'Agak Mahal'

Senin, 21 Juli 2025 | 08:07 WIB
Transformasi Sekolah Yuni Shara: Dari Iuran Rp3.500 Kini Diakui 'Agak Mahal'
Irwan Mussry dan Maia Estianty berkunjung ke PAUD Yuni Shara. (Instagram)

Suara.com - Citra sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) milik penyanyi Yuni Shara yang identik dengan biaya sangat terjangkau kini telah bertransformasi.

Seiring pembangunan gedung baru yang megah dan fasilitas modern, sekolah yang berlokasi di Batu, Jawa Timur, itu kini menyesuaikan biayanya, yang diakui sendiri oleh sang pendiri menjadi "agak mahal".

Kisah PAUD Cahaya Permata Abadi ini bermula 14 tahun lalu dengan sebuah inisiatif mulia.

Biaya pendidikannya saat itu sangat rendah, bahkan nyaris simbolis.

"Awalnya memang Rp 3.500," ungkap Yuni Shara dalam sebuah acara televisi.

Saat itu, kegiatan belajar mengajar masih berlangsung sederhana di rumah kontrakan.

"Di rumah kontrakan dan lain-lain. Anak-anak ada yang masuk, ada yang enggak, enggak apa-apa," kenangnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, sekolah ini berkembang pesat.

Kini, PAUD Cahaya Permata Abadi menempati gedung tiga lantai milik sendiri yang dilengkapi fasilitas lengkap, mulai dari ruangan ber-AC, CCTV di setiap sudut, aula serbaguna, taman bermain, hingga rooftop.

Baca Juga: Ogah Berdamai, Ahmad Dhani Ancam Sebar Bukti Selingkuh Maia Estianty

Perkembangan signifikan inilah yang mendorong adanya penyesuaian biaya.

Yuni mengakui, jika dibandingkan dengan biaya pada masa awal pendiriannya, tarif saat ini jauh lebih tinggi.[1] "Di sekolah sekarang ini memang agak mahal," ujar Yuni.

"Sekarang biayanya setelah Rp 150.000, (naik jadi) Rp 250.000, baru saya naikin berapa bulan lalu," jelasnya.

Meski demikian, kenaikan biaya ini bukanlah keputusan sepihak. Yuni menyatakan bahwa hal tersebut telah didiskusikan dan disetujui oleh para orang tua murid.

"Saya ngomong ke orangtua murid, 'ini gimana, kan pasti ada biaya dan lain-lain.' Mereka 'enggak apa-apa bun,'" tutur Yuni.

Dengan segala peningkatan fasilitas dan kualitas yang ditawarkan, Yuni merasa biaya tersebut masih sepadan.

"Masih oke dengan gedung baru, dengan segala macam aktivitas," katanya.

Menariknya, label harga baru ini tidak menyurutkan minat masyarakat.

Daya tarik utama sekolah ini justru terletak pada metode pengajarannya yang inovatif.

Yuni mengaku telah menerapkan konsep belajar yang menyenangkan jauh sebelum istilah "merdeka belajar" dipopulerkan.

"Karena saya menerapkan merdeka belajar, sebelum pak Nadiem Makarim menciptakan anak-anak harus fun, saya duluan udah ciptakan itu," ujarnya.

Ia terinspirasi dari konsep sekolah legendaris era dulu untuk menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari tekanan.

"Saya pengin bikin sekolah kayak Bu Kasur zaman dulu. Jadi anak-anak main, tapi sebetulnya sambil belajar," imbuhnya.

Pendekatan ini terbukti berhasil menarik minat berbagai kalangan, termasuk keluarga mampu yang tidak lagi hanya melihat biaya sebagai pertimbangan utama.

Sekolah ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya adalah pengusaha Irwan Mussry, yang namanya diabadikan menjadi nama salah satu aula di sekolah tersebut sebagai bentuk penghargaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI