Suara.com - Indosiar kembali menayangkan film Asia pilihan dan kali ini berjudul Operation Red Sea. Dirilis pada 2018, film garapan Dante Lam ini menyuguhkan adegan perang dan aski yang patut untuk dinikmati.
Operation Red Sea akan tayang Jumat (25/7/2025) malam ini pukul 22.00 WIB. Berikut sinopsis filmnya:
Bagi para penikmat film aksi yang memompa adrenalin, nama sutradara Dante Lam tentu sudah tidak asing lagi. Setelah kesuksesan besar Operation Mekong (2016), Lam kembali dengan sebuah karya yang disebut sebagai sekuel tematiknya, Operation Red Sea, yang dirilis pada 2018.
Film ini kembali menegaskan kemampuannya dalam menyajikan tontonan kolosal yang biasanya menjadi domain eksklusif blockbuster Hollywood, lengkap dengan pesan patriotik dan demonstrasi kekuatan militer Tiongkok.
![Film Operation Red Sea tayang malam ini di Indosiar. [YouTube]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/25/21823-film-operation-red-sea.jpg)
Dibintangi oleh Zhang Yi, Huang Jingyu, dan aktris laga Jiang Luxia, film ini adalah sebuah etalase dari aksi perang modern yang brutal, intens, dan tanpa henti.
Berbeda dengan Operation Mekong yang berfokus pada unit kepolisian, Operation Red Sea menyorot kekuatan angkatan laut Tiongkok.
Film ini mengambil insiden nyata sebagai titik awal untuk menyajikan aksi militer garis keras. Cerita berpusat pada unit pasukan khusus elite Angkatan Laut Tiongkok bernama Jiaolong Assault Team.
Tim ini mendapatkan tugas maha berat: melakukan evakuasi dan menyelamatkan warga negara Tiongkok yang terjebak di tengah perang saudara di negara fiksi Yewaire, di semenanjung Arab.
Misi yang awalnya adalah operasi penyelamatan sandera sederhana dengan cepat berubah menjadi medan pertempuran sengit melawan teroris bersenjata lengkap.
Baca Juga: Bosan dengan MCU dan DC? Ini 10 Film Superhero Orisinal Terbaik
Salah satu kekuatan terbesar Operation Red Sea adalah kemampuannya menyajikan adegan aksi yang spektakuler dan terasa nyata.
![Film Operation Red Sea tayang malam ini di Indosiar. [YouTube]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/25/98869-film-operation-red-sea.jpg)
Dante Lam, yang juga mengambil peran sebagai penata laga di film ini, tampak sangat menikmati prosesnya.
Penonton akan disuguhi parade pertempuran tank di tengah badai pasir, baku tembak di koridor sempit, penyergapan menegangkan di gurun, hingga ledakan di mana-mana yang sebagian besar dieksekusi dengan efek praktikal.
"Hollywood akan sulit untuk menandingi Operation Red Sea tahun ini dalam hal adegan aksi karena mereka benar-benar menakjubkan dan memiliki skala yang nyata," puji sebuah ulasan.
Beberapa adegan bahkan bisa berlangsung hingga 40 menit tanpa jeda, menciptakan serangan konstan terhadap indra penonton dan menempatkan mereka tepat di jantung zona konflik.
Lam memiliki kepekaan yang lebih baik terhadap geografi layar dibandingkan Michael Bay, dengan pergerakan tim yang terlacak secara ahli baik di ruang terbuka maupun sempit.
Gayanya sering dideskripsikan sebagai "Black Hawk Down dengan steroid", menghadirkan realisme yang brutal dan mentah.
Film ini tidak segan-segan menampilkan kekerasan perang secara gamblang; adegan-adegan gamblang seperti anggota tubuh yang hancur atau wajah yang terluka parah menjadi pemandangan yang menggarisbawahi kengerian pertempuran.
Sebuah adegan spesifik bahkan disebut akan membuat sutradara legendaris Chang Cheh bangga, di mana seorang prajurit terus menembaki musuh setelah separuh wajahnya hancur oleh peluru.
Namun, di balik parade aksi yang megah, film ini memiliki kelemahan yang cukup signifikan pada pengembangan karakternya.
Para anggota Jiaolong Assault Team terasa seperti arketipe satu dimensi: ada penembak jitu yang sombong, prajurit lugu berhati emas, dan anggota yang punya skill tapi ragu-ragu di pertempuran nyata.
Dengan durasi 2 jam 20 menit, film ini dinilai terlalu panjang dan gagal memberikan ruang bagi penonton untuk mengenal dan peduli pada para protagonisnya.
Akibatnya, ketika salah satu dari mereka gugur, "reaksi Anda kemungkinan besar adalah 'tunggu, siapa orang itu?'".
Kelemahan lain juga terletak pada kehadiran karakter jurnalis Tiongkok-Prancis yang diperankan oleh Christina Hai Qing, yang dialog bahasa Inggrisnya dianggap buruk dan aktingnya berlebihan.
Meski begitu, para karakter ini ditampilkan bekerja sangat baik sebagai sebuah tim, dengan sedikit drama konflik internal yang klise.
Di antara para pemeran, Jiang Luxia yang berperan sebagai penembak mesin wanita di tim tersebut berhasil mencuri perhatian dan tampil sebagai sosok yang paling menonjol.
Pada akhirnya, Operation Red Sea adalah sebuah tontonan yang harus dinikmati karena keunggulan teknisnya dalam penyutradaraan adegan aksi.
Ini adalah film blockbuster yang besar, berisik, dan dibuat dengan sangat licin yang akan menjadi perjalanan yang menyenangkan bagi para pencari adrenalin.
Film ini adalah sebuah "video perekrutan yang sangat kejam dan menghantam indra yang menjadi hiburan popcorn yang cukup menarik".