Kritik: Terlalu Banyak Klise, Terlalu Sedikit Tawa
Salah satu kritik terbesar yang dialamatkan pada The Bounty Hunter adalah kurangnya chemistry yang meyakinkan antara Gerard Butler dan Jennifer Aniston.
Film ini gagal memberikan gambaran mengapa kedua karakter ini pernah saling jatuh cinta, atau apa yang menyebabkan perpisahan mereka begitu sengit.
Sebaliknya, penonton disuguhi adegan demi adegan pertengkaran tanpa percikan asmara yang tulus. Banyak kritikus merasa film ini jatuh ke dalam tren yang mengecewakan, di mana dua bintang menarik hanya dipasangkan untuk saling berteriak sepanjang film.
Naskah yang ditulis oleh Sarah Thorp juga dianggap lemah dan penuh dengan formula komedi romantis yang usang.
Lelucon yang disajikan terasa diambil dari film-film lain yang lebih lucu, mulai dari penggunaan borgol, taser, hingga adegan klasik kereta golf yang menabrak danau.
![The Bounty Hunter yang dibintangi Gerard Butler dan Jennifer Aniston tayang malam ini di Trans TV. [Columbia Pictures]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/29/23180-the-bounty-hunter.jpg)
Akibatnya, banyak adegan yang dimaksudkan untuk mengundang tawa justru terasa hambar.
Bahkan, seorang kritikus menyatakan bahwa semua adegan lucu sudah ditampilkan di trailernya, sehingga tidak ada lagi yang tersisa untuk dinikmati di filmnya.
Dari segi akting, performa kedua bintang utama juga tidak luput dari sorotan.
Baca Juga: Film Assalamualaikum Baitullah, Arbani Yasiz sebagai Barra Si Pria Soft-Spoken
Gerard Butler dinilai kurang natural sebagai aktor komedi dan cenderung berlebihan dalam berakting.
Sementara itu, Jennifer Aniston, meskipun memiliki bakat komedi yang lebih terasah, dipaksa untuk memainkan peran yang serius dan pada akhirnya kembali ke persona "Rachel" dari serial Friends, meskipun kurang berhasil karena materi yang lemah.
Para aktor pendukung berbakat seperti Christine Baranski dan Jeff Garlin sayangnya tidak diberi cukup ruang untuk bersinar.
Pada akhirnya, The Bounty Hunter adalah sebuah film yang mencoba memadukan aksi, cerita detektif, thriller, romansa, dan komedi menjadi satu paket besar, namun gagal memberikan keadilan pada setiap elemen tersebut.
Film ini terasa malas, mudah ditebak, dan gagal memenuhi potensinya, menjadikannya sebuah tontonan yang mungkin paling cocok untuk dinikmati saat tidak ada pilihan lain di malam yang membosankan.