Suara.com - Di puncak box office tidak selalu berarti sebuah kemenangan mutlak. Itulah gambaran yang kini tengah membayangi film fantasi ambisius, Omniscient Reader: The Prophet, yang menandai debut layar lebar Jisoo BLACKPINK.
Meski berhasil merebut takhta box office Korea sejak dirilis pada 24 Juli 2025, alarm bahaya justru berbunyi lebih kencang dari sorak-sorai kemenangannya.
Film ini diproduksi dengan biaya yang sangat fantastis, mencapai lebih dari 30 miliar won atau setara Rp359,6 miliar.
Dengan angka sebesar itu, tim produksi telah menetapkan target yang sangat tinggi, yakni harus mampu menarik setidaknya 6 juta penonton hanya untuk mencapai titik impas atau balik modal.
Namun, data penonton di hari-hari awal penayangan menunjukkan sebuah realita yang jauh dari ekspektasi.
Dilansir dari berbagai media Korea, dalam tiga hari pertama, film yang juga dibintangi Lee Min Ho dan Ahn Hyo Seop ini hanya mampu mengumpulkan 281.263 penonton.

Angka ini dianggap sebagai awal yang lambat untuk sebuah proyek raksasa. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah tren penurunan jumlah penonton yang drastis.
Dilaporkan penonton anjlok hingga hampir 40% setelah hari kedua penayangan, sebuah sinyal yang kurang baik untuk performa jangka panjangnya di bioskop.
Lantas, apa yang menyebabkan laju film bertabur bintang ini terasa berat? Jawabannya terletak pada respons penonton yang terbelah menjadi dua kubu yang sangat kontras.
Baca Juga: Apa Beda Film Omniscient Reader: The Prophecy dengan Versi Webtoon?
Di satu sisi, penonton awam yang tidak familiar dengan karya aslinya mengaku cukup terhibur dengan sajian aksi dan visual yang disuguhkan.
Mereka datang untuk melihat para bintang favoritnya beraksi dalam sebuah tontonan blockbuster.
Namun, cerita berbeda datang dari kubu penggemar setia web novel dan webtoon aslinya. Banyak dari mereka yang keluar dari bioskop dengan rasa kecewa yang mendalam.

Kritik utama diarahkan pada perubahan signifikan pada alur cerita yang dianggap menghilangkan jiwa dari karya aslinya.
Selain itu, sorotan tajam juga ditujukan pada performa akting Jisoo, yang bagi sebagian penggemar, dianggap belum mampu menghidupkan karakter kompleks yang ia perankan.
Kegagalan memuaskan basis penggemar inti inilah yang diduga kuat menjadi penyebab utama menurunnya antusiasme dari mulut ke mulut.