Tandem Madness Mengguncang ARTJOG Stage: Riuh, Renung, dan Resonansi Emosional

Yohanes Endra Suara.Com
Senin, 11 Agustus 2025 | 16:55 WIB
Tandem Madness Mengguncang ARTJOG Stage: Riuh, Renung, dan Resonansi Emosional
Tandem Madness Mengguncang ARTJOG Stage: Riuh, Renung, dan Resonansi Emosional. [Suara.com/Yohanes]

Suara.com - Panggung ARTJOG yang digelar pada Minggu, 10 Agustus 2025, menjadi saksi bagaimana Tandem Madness, duo elektronik-rock progresif yang digawangi oleh Noni Dju dan Rafi Daeng, menyulap ruang pertunjukan menjadi arena kontemplasi sekaligus ledakan energi. 

Bertajuk Di Antara Riuh & Renung, konser ini bukan sekadar pertunjukan musik, melainkan pengalaman multisensori yang menggugah.

Tanpa Sekat, Penuh Intensitas

Sejak pukul 20.00 WIB, penonton telah memenuhi venue, menyambut set perdana yang dimulai tepat waktu. 

Tanpa panggung tinggi atau pembatas, Tandem Madness tampil intim, nyaris menyatu dengan para penggemarnya. 

Interaksi yang cair dan atmosfer yang hangat membuat konser ini terasa seperti ritual bersama, bukan sekadar tontonan.

Tandem Madness Mengguncang ARTJOG Stage: Riuh, Renung, dan Resonansi Emosional. [Suara.com/Yohanes]
Tandem Madness Mengguncang ARTJOG Stage: Riuh, Renung, dan Resonansi Emosional. [Suara.com/Yohanes]

Konsep “Riuh & Renung”: Dua Kutub yang Menyatu

Konser ini mengusung narasi dari album terbaru mereka, yang dibagi dalam dua segmen tematik: Riuh dan Renung. 

Lagu-lagu dari segmen Riuh seperti “Gelisah Semesta” dan “Distimia” menggambarkan ketegangan sosial, krisis lingkungan, dan keretakan komunitas. 

Baca Juga: Gelar Konser di Jakarta, D.O Perkenalkan Album Barunya

Distorsi gitar dan beat elektronik yang menghentak menciptakan lanskap sonik yang menggugah.

Sebaliknya, segmen Renung membawa penonton ke ruang batin yang lebih sunyi dan reflektif. Lagu-lagu seperti “Penumbra” dan “Cublak Cublak Suweng” menyentuh tema luka pribadi, dendam, dan ilusi keintiman. 

Narasi visual yang eksperimental dan storyline yang disisipkan di antara lagu-lagu membuat transisi antar segmen terasa organik dan mendalam.

Setlist yang Terstruktur, Eksekusi yang Brilian

Tandem Madness membawakan hampir seluruh lagu dari album secara urut, sebuah keputusan yang jarang dilakukan dalam konser langsung. 

Tembang pembuka “Manusia” tampil gahar sekaligus elegan, menjadi gerbang menuju dunia sonik yang mereka bangun malam itu. 

Vokal Rafi dan Noni bersahut-sahutan, eksplosif namun tetap saling melengkapi, sehingga rasa-rasanya layak disebut sebagai dynamic duo.

Di tengah penampilan, terdengar suara lirih dari penonton yang berharap lagu “Mati Mati Aku Mati” segera dibawakan. 

Harapan itu terwujud di penghujung konser, saat lagu tersebut dimainkan sebelum “Dekat, Sekat, Hakikat” menjadi penutup yang epik dan penuh resonansi emosional.

Lebih dari Sekadar Konser

Penampilan Tandem Madness di ARTJOG Stage bukan hanya soal musik, tapi juga soal keberanian menyampaikan pesan-pesan kompleks lewat medium yang dinamis. 

Dengan visual yang eksperimental, narasi yang terstruktur, dan intensitas emosional yang tak biasa, mereka berhasil menjadikan konser ini sebagai ruang perenungan kolektif.

Konser ini membuktikan bahwa Tandem Madness bukan sekadar duo musik, melainkan seniman yang mampu menjembatani riuh dunia luar dengan renung batin terdalam, dan malam itu, mereka melakukannya dengan sangat ciamik.

Tandem Madness Mengguncang ARTJOG Stage: Riuh, Renung, dan Resonansi Emosional. [Suara.com/Yohanes]
Tandem Madness Mengguncang ARTJOG Stage: Riuh, Renung, dan Resonansi Emosional. [Suara.com/Yohanes]

Tentang Album Di Antara Riuh & Renung

Sebagai informasi, Tandem Madness telah melepas album debut yang bertajuk “Di Antara Riuh & Renung” pada 11 April 2025. 

Album ini bukan sekadar kumpulan lagu, melainkan sebuah narasi yang membawa pendengar ke dalam konflik batin antara riuh dan sunyi, antara luapan emosi dan refleksi batin yang tak terhindarkan.

Duo ini menghadirkan eksplorasi musik yang penuh lapisan, menggabungkan distorsi dan keheningan, harmoni yang dinamis, dan lirik yang menggambarkan pergulatan manusia dengan dunia dan dirinya sendiri. 

Berbekal pendekatan konseptual yang kuat, “Di Antara Riuh & Renung” bergerak dalam dua spektrum: Riuh sebagai representasi keresahan dan perlawanan, serta Renung sebagai tempat di mana suara akhirnya menemukan makna.

“Di Antara Riuh & Renung” adalah album yang dikonstruksi seperti sebuah kisah yang berkembang dari awal hingga akhir. 

Musik bukan sekadar nada, melainkan medium untuk menyampaikan emosi, kritik sosial, dan perjalanan introspektif.

Album ini memadukan elemen elektronik-rock progresif dan eksperimen sonik untuk menciptakan pengalaman mendengarkan yang bersifat sinematik dan teatrikal. Dari eksplosif hingga subtil, dari melodi yang agresif hingga atmosfer yang luas, setiap komposisi di dalamnya mengalir seperti bab dalam sebuah cerita yang lebih besar.

Sebagai jembatan antara dua spektrum ini, Tandem Madness juga menyelipkan sebuah interlude simbolik yang memberi jeda dalam narasi, menegaskan bahwa bahkan dalam kekacauan, selalu ada ruang untuk jeda dan refleksi.

Melalui pendekatan eksperimentalnya, Tandem Madness tidak mengikuti formula umum. Struktur lagu yang tidak konvensional, dengan transisi yang mengalir dan progresi yang menggiring pendengar ke pengalaman yang lebih mendalam. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI